Tampilkan postingan dengan label BIOKIMIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BIOKIMIA. Tampilkan semua postingan

Kamis, Agustus 27

Cross Link (menyambung-silang)

Imobilisasi ini terjadi karena adanya ikatan intermolekul antara molekul enzim oleh bi atau multifungsional reagen. Reagen yang biasa digunakan adalah senyawa glutaraldehid. Cross-linking oleh senyawa glutaraldehid. Senyawa ini akan membentuk suatu lapisan atau matriks tertentu dimana di dalamnya molekul enzim yang dioleskan pada permukaan elektroda akan terjebak dalam struktur ikatan silang yang terjadi. Keunggulan metode ini adalah enzim terikat secara kuat, sehingga tidak mungkin terlepas dari material pendukung.


Gambar 1. Cross link


Crosslink adalah obligasi yang menghubungkan satu rantai polimer yang lain. Crosslinkermerupakan senyawa-senyawa yang memiliki berat molekul rendah dengan gugus hidroksil atau gugus amine lebih dari dua.
Crosslinker berfungsi sebagai pengikat silang rantai polimer melalui ikatan antar gugusdiisocyanate berlebih dengan gugus hidroksil Selain reaksi antara polyol dan diisocyanate,crosslinker juga mempunyai peranan penting dalam sintesa polyurethane. Crosslinker bereaksi dengan gugus isocyanate membentuk urethane atau urea linkage dalam hard segment yang membentuk ikatan cabang. Crosslinker dapat secara kovalen atau ionik. (Gunter,1985)
Pembuatan polyurethane yang menggunakan triol terbentuk dari  campuran antara  diol atau triol ,blowing agent, surfactant, katalis dan polyisocyanate (biasanya yang digunakan TDI atau MDI). Reaksi polimerisasi terjadi tiga arah molekul yang kuat berada dalam 3 dimensi struktur. Reaksitoluene diisocyanate (TDI) dengan glycerol dan menghasilkan polyurethane :

Mekanisme yang paling tepat dalam menurunkan kebebasan molekul adalah ikatan silang kimia yang mengikat silang bersama rantai – rantai polimer melalui ikatan kovalen atau ikatan ion untuk membentuk suatu jaringan. Crosslinking digunakan untuk meningkatkan ikatan kovalen dalam pembuatan polyurethane. (Katz,2008)

Sabtu, Maret 28

Effects of Conjugated Linoleic Acids on 15-lipoxygenase-1 in Vitro and in Vivo

Memuat...
Memuat...
Memuat...
Memuat...
Halaman 151 bukan merupakan bagian dari pratinjau buku ini.
Memuat...
Memuat...

Dynamic Aspects Of Natural Products Chemistry

Effects of Conjugated Linoleic Acids on 15-lipoxygenase-1 in Vitro and in Vivo

Sabtu, Januari 10

AKTIVITAS ENZIM


Yusuf Jafar Rizali

D14100064

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

PENDAHULUAN



Latar Belakang

            Enzim merupakan zat yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia pada proses metabolisme dalam tubuh. Ketika enzim tidak berfungsi dengan baik, maka proses metabolisme akan terhambat serta mengalami gangguan. Enzim disebut sebagai katalisator yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia tanpa harus ikut bereaksi di dalamnya. Laju reaksi yang ditimbulkan oleh enzim tergantung pada suhu lingkungannya. Ketika suhu lingkungan tidak sesuai, maka enzim tidak dapat bekerja dengan baik.

Secara umum, sebagian besar enzim terbuat dari protein yang sangat peka terhadap perubahan suhu lingkungannya. Ketika suhu lingkungannya sesuai, enzim akan bekerja secara optimal. Namun ketika suhu lingkungannya tidak sesuai, maka enzim tersebut akan nonaktif, bahkan bisa terdenaturasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sangat penting untuk mengetahui suhu yang tepat agar enzim dapat bekerja secara optimal.



Tujuan

            Mengetahui pengaruh suhu dan lama perlakuan suhu terhadap aktivitas enzim urease dalam mengkatalisis reaksi kimia.





















TINJAUAN PUSTAKA



Enzim

Enzim adalah senyawa protein yang dapat mempercepat atau mengkatalis reaksi kimia. Enzim berperan dalam mengubah laju reaksi, sehingga kecepatan reaksi yang dihasilkan dapat dijadikan ukuran keaktifan enzim (Gaman dan Sherington, 1992). Enzim hanya dapat bereaksi pada pH dan temperatur tertentu. Karena enzim adalah protein, maka enzim dalam pakan rentan terdenaturasi atau rusak oleh enzim pencernaan atau sesuatu yang dapat mengubah struktur enzim (Yangel, 2004).

Menurut fungsinya enzim dapat diklasifikasi menjadi 6 kelompok, yaitu oksireduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase. Enzim urease termasuk dalam kategori hidrolase. Hidrolasemengkatalisis pembelahan ikatan antara karbon dan beberapa atom lain dengan adanya penambahan air (Montgomery et al , 1993).

Ada empat sifat khas enzim (Montgomery et al , 1993), yaitu :

    Sangat aktif walaupun dalam konsentrasi yang sangat rendah.
    Sangat selektif.
    Bekerja pada keadaan yang ringan ( tanpa suhu atau tekanan yang tinggi, tanpa logam yang umumnya beracun).
    Hanya aktif pada selang suhu atau pH yang sempit (diluar selang ini enzim tidak dapat bekerja).

Enzim sebagai protein akan mengalami denaturasi jika suhunya dinaikkan. Akibatnya daya kerja enzim menurun. Pada suhu 45°C efek predominanya masih memperlihatkan kenaikan aktivitas sebagaimana dugaan dalam teori kinetik. Tetapi lebih dari 45°C menyebabkan denaturasi ternal lebih menonjol dan menjelang suhu 55°C fungsi katalitik enzim menjadi punah. Hal ini juga terjadi karena semakin tinggi suhu semakin naik pula laju reaksi kimia baik yang dikatalisis maupun tidak. Karena itu pada suhu 40oC, larutan tidak ada gumpalan, begitu juga pada suhu ruang, sedangkan pada suhu 100oC masih ada gumpalan – gumpalan yang menunjukkan kalau enzim rusak. Pada suhu ruang, enzim masih dapat bekerja dengan baik walaupun tidak optimum (Gaman & Sherrington, 1994).

Aktivitas Enzim

            Ada beberapa faktor untuk menentukan aktivitas enzim berdasarkan efek katalisnya yaitu persamaan reaksi yang dikatalis, kebutuhan kofaktor, pengaruh konsentrasi substrat dan kofaktor, pH optimal, daerah temperatur, dan penentuan berkurangnya substrat atau bertambahnya hasil reaksi. Penentuan ini biasa dilakukan di pH optimal dengan konsentrasi substrat dan kofaktor berlebih, menjadikan laju reaksi yang terjadi merupakan tingkat ke 0 (zero order reaction) terhadap substrat. Pengamatan reaksinya dengan berbagai cara kimia atau spektrofotometri. Ada dua teori tentang mekanisme pengikatan substrat oleh enzim, yaitu teori kunci dan anak kunci (lock and key) dan teori induced fit (Wirahadikusumah, 1989).

Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim, suhu optimal antara 35◦ C dan 40◦ C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah optimalnya, aktifitas enzim akan berkurang. Di atas suhu 50◦ C enzim secara bertahap menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada suhu 100◦ C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivasinya sangat banyak berkurang (Gaman & Sherrington, 1994).



Kacang Kedelai

            Protein kedelai mempunyai sifat-sifat khusus yaitu mempunyai kemampuan untuk mengikat air, mempunyai daya emulsi, pembentuk gel, pembentuk lapisan film, pembentuk adonan, dan pengental yang baik. Kandungan asam amino lisin yang tinggi pada kedelai berguna untuk suplementasi golongan serelia yang kandungan lisinnya rendah, sehigga mutu proteinnya menjadi lebih baik (Somaatmadja, 1964). Asam amino dibutuhkan untuk membantu produksi antibody hormone dan enzim (Flodin 1997). Kacang kedelai mempunyai rasa langu karena keberadaan enzim lipoksigenase. Enzim ini umumnya terdapat pada bagian lembaga pada kacang-kacangan. Pada kacang kedelai aktivitas enzim lipoksigenase lebih aktif daripada kacang tanah dan kacang hijau (Ketaren 1998). Enzim lipoksigenase mengkatalis oksidasi asam lemak tak jenuh sehingga menjadi tengik dan tidak stabil selama penyimpanan (Somatmadja, 1964). Pembentukan bau langu pada kacang kedelai mungkin terjadi akibat adanya aktivitas enzimatik dari lipokgenase (Wolf, 1975).



Kacang Tanah

            Pengolahan kacang tanah dengan panas akan memperbaiki aroma, flavour, dan tekstur kacang tanah tetapi menurunkan daya tahan komponen minyak akibat rusaknya antioksidan alami. Sebagai besar ketengikan yang terjadi pada kacang tanah disebabkan karena minyak yang dikandungnya. Pengeluaran sebagian atau seluruh minyak akan membuat kacang tanah lebih tahan lama (Woodrof 1983).



Kacang Merah

            Kacang jogo (Phaseolus vulgaris L) bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Selatan dan dataran Cina. Selanjutnya tanaman  tersebut menyebar ke daerah lain seperti Indonesia, Malaysia, Karibia, Afrika Timur, dan Afrika Barat. Di Indonesia, daerah yang banyak ditanami kacang jogo adalah Lembang (Bandung), Pacet (Cipanas), Kota Batu (Bogor), dan Pulau Lombok (Astwan, 2009).

Biji kacang jogo berwarna merah atau merah berbintik-bintik putih. Oleh karena itulah, dalam kehidupan sehari-hari kacang jogo juga disebut sebagai kacang merah (red kidney bean). Nama lain untuk kacang merah adalah kacang galing. Kacang merah hanya dimakan dalam bentuk biji yang telah tua, baik dalam keadaan segar maupun yang telah dikeringkan (Astwan, 2009).

Biasannya yang dimanfaatkan dari kacang merah adalah bijinya. Biji kacang merah merupakan bahan makanan yang mempunyai energi tinggi dan sekaligus sumber protein nabati yang potensial. Kacang merah dapat digunakan sebagai sayuran (sayur asam, sup), campuran salad, sambal goreng, kacang goreng, bahan dodol, wajik, dan aneka kue lainnya (Astwan, 2009).







Ureases

            Ureases disebut juga urea amidohidrolases. Ureases merupakan enzim yang mengkatalis hidrolisis dari urea menjadi karbon dioksida dan ammonia : (NH2)2CO + H2O → CO2 + 2NH3. Aktivitas urease meningkat sebanding dengan peningkatan suhu dari 10 – 40° C. Aktivitas urease menjadi sangat tidak aktif apabila tanah  dipanaskan selama 24 jam sehingga suhu mencapai 105° C. Suhu 10oC akan mempercepat reaksi dua kali atau tiga kali lebih cepat (Harrow and Mazur, 1954). Karakteristik urease yaitu pH optimum 7,4 suhu optimum 60˚C dengan spesifikasi enzimatis: urea dan hidroksi urea.

Urease ditemukan terutama dalam kuantitas besar pada jackbean, kedelai, biji tanaman, pada beberapa jaringan hewan dan pencernaan mikroorganisme. Urease juga ditemukan pada berbagai macam organisme seperti bakteri, jamur, dan tumbuhan tinggi. Urease pada lingkungan berperan dalam jalur sistem transportasi nitrogen (Jabri, 1995). Peran utama urease adalah menyediakan energi internal dan eksternal bagi organisme untuk menggunakan urea atau hidroksi urea sebagai sumber N (Suhartono, 1989).



Rumen

            Sistem pencernaan pada sapi atau ruminansia lainnya lebih rumit daripada hewan mamalia lainnya. Lambung sapi merupakan lambung yang komplek yang terdiri dari empat bagian, yaitu paling depan disebut rumen, kemudian retikulum, omasum dan abomasum yang berhubungan dengan usus. Rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena di situ terdapat mikroflora dan mikrofauna yang sangat berperan dalam mencerna makanan dan metabolism. Aktivitas rumen yang paling penting adalah proses fermentasi makanan oleh mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak tidak jenuh (Volatil Fatty Acid = VFA), methan, karbondioksida dan sel mikroba itu sendiri. Asam lemak volatile (VFA) adalah asam propionate dan asam butirat yang merupakan sumber energy (Darmono, 2011).

Protein dalam makanan difermentasi menjadi asam amino dan amonia. Amonia dan produk lainnya bergabung dengan mikroba dan protein, kemudian amonia diserap melalui dinding rumen bersama asam amino, sebagian tidak diserap dan dibuang melalui usus. Unsur nitrogen lainnya didaur ulang dalam rumen oleh air ludah dan terbentuk urea yang berguna untuk energi tambahan. Tidak semua protein dalam makanan difermentasi. Protein yang tidak larut keluar melalui usus dan berguna sebagai enzim untuk pencernaan makanan dalam usus (Darmono, 2011).



Suhu Enzim Terdenaturasi dan

Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim

            Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi kerja enzim. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan sifat enzim sebagai protein.  Faktor-faktor tersebut diantaranya suhu, derajat keasaman (pH), hasil akhir produk, konsentrasi enzim dan substrat, serta zat penghambat (Firmansyah dkk, 2007).

    Suhu

Enzim terbuat dari protein sehingga enzim dipengaruhi oleh suhu. Suhu mempengaruhi gerak molekul. Pada suhu optimal, tumbukan antara enzim dan substrat terjadi pada kecepatan yang paling tinggi. Pada suhu jauh di suhu optimal menyebabkan enzim terdenaturasi, mengubah bentuk, struktur, dan fungsinya. Pada suhu jauh di bawah suhu optimal, misalnya pada 0oC, enzim tidak aktif. Enzim pada manusia bekerja optimal pada suhu 35-40oC. Mendekati suhu normal tubuh. Adapun bakteri yang hidup di air panas memiliki enzim yang bekerja optimal pada suhu 70oC (Firmansyah dkk, 2007).

    Derajat Keasaman (pH)

Seperti protein, enzim juga bekerja dipengaruhi oleh derajat keasaman lingkungan. Derajat keasaman optimal bagi kerja enzim umumnya mendekati pH netral, sekitar 6-8. Di luar rentang tersebut, kerja enzim dapat terganggu bahkan dapat terdenaturasi (Firmansyah dkk, 2007).

    Hasil Akhir (Produk)

Jika sel menghasilkan produk lebih banyak dari yang dibutuhkan, produk yang berlebih tersebut dapat menghambat kerja enzim. Hal ini dikenal dengan feedback inhibitor. Jika produk yang berlebih habis digunakan, kerja enzim akan kembali normal. Mekanisme ini sangat penting dalam proses metabolisme, yaitu mencegah sel menghabiskan sumber molekul yang berguna menjadi produk yang tidak dibutuhkan (Firmansyah dkk, 2007).

    Konsentrasi enzim

Pada reaksi dengan konsentrasi enzim yang jauh lebih sedikit daripada substrat, penambahan enzim akan meningkatkan laju reaksi. Peningkatan laju reaksi ini terjadi secara linier. Akan tetapi, jika konsentrasi enzim dan substrat sudah seimbang, laju reaksi akan relative konstan (Firmansyah dkk, 2007).

    Konsentrasi substrat

Penambahan konsentrasi substrat pada reaksi yang dikatalis oleh enzim awalnya akan meningkatkan laju reaksi. Akan tetapi, setelah konsentrasi substrat dinaikkan lebih lanjut, laju reaksi akan mencapai titik jenuh, penambahan kembali konsentrasi substrat tidak berpengaruh terhadap laju reaksi. Pada keadaan laju reaksi jenuh oleh konsentrasi substrat, penambahan konsentrasi enzim dapat meningkatkan laju reaksi. Peningkatan laju reaksi oleh peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan laju reaksi hingga terbentuk titik jenuh baru (Firmansyah dkk, 2007).

    Zat Penghambat

Kerja enzim dapat dihambat oleh zat penghambat atau inhibitor. Terdapat dua jenis inhibitor, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif. Inhibitor kompetitif menghambat kerja enzim dengan cara berikatan dengan enzim pada sisi aktifnya. Oleh karena itu, inhibitor ini bersaing dengan substrat menempati sisi aktif enzim. Hal ini terjadi karena inhibitor memiliki struktur yang mirip dengan substrat. Enzim yang telah berikatan dengan inhibitor tidak dapat menjalankan fungsinga sebagai biokatalisator. Berbeda dengan inhibitor kompetitif, inhibitor non kompetitif tidak bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan enzim. Inhibitor jenis ini akan berikatan dengan enzim pada sisi yang berbeda (bukan sisi aktif). Jika telah terjadi ikatan enzim inhibitor, sisi aktif enzim akan berubah sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan enzim. Banyak ion logam berat bekerja sebagai inhibitor nonkompetitif, misalnya Ag+, Hg+, dan Pb+ (Firmansyah dkk, 2007).





MATERI DAN METODE



Materi

            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah wadah plastik, termometer, penangas air (waterbath) lemari es, timbangan analitik kasar, spoit 1 ml, dan lain-lain alat yang dibutuhkan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan urea 2%, kacang tanah, kacang merah, kacang kedelai, dan cairan rumen.



Metode

            Masing-masing tepung kacang ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukan ke dalam wadah plastik/botol film kemudian ditutup. Larutan urea 2% sebanyak 2 ml dimasukan ke dalam botol film yang lain dan di tutup. Masing-masing sampel tepung kacang dan larutan urea dibiarkan selama 15 menit pada setiap perlakuan suhu. Perlakuan suhu yang digunakan yaitu 0, 4, 25, 50, dan 75 °C. Kedua botol tersebut dicampurkan dan dicatat reaksi yang terjadi. Waktu untuk perlakuan dihitung pada saat mulai pencampuran, yaitu 0, 5, 10, dan 15 menit.





























HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil

            Berdasarkan percobaan yang dilakukan, telah diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Rumen

Waktu
  

Bau

0
  

-

5
  

-

10
  

-

15
  

-



Tabel 2. Kacang-kacangan

          Bau     

Waktu
  

Kacang Tanah
  

Kacang Merah
  

Kacang Kedelai

0
  

-
  

-
  

-

5
  

-
  

-
  

+

10
  

-
  

-
  

++

15
  

-
  

-
  

++



Tabel 3. Perlakuan Suhu Kacang Kedelai

  

  

  

Bau
  

  

Waktu
  

00

  

40

  

250

  

500

  

750

0
  

-
  

+
  

-
  

-
  

-

5
  

-
  

++
  

+
  

+
  

-

10
  

-
  

+++
  

++
  

++
  

-

15
  

-
  

+++
  

++
  

++
  

-





Keterangan :

-          : tidak berbau

+    : sedikit berbau

++   : bau

+++  : sangat berbau

Pembahasan

            Berdasarkan hasil yang diperoleh, tabel 1 menunjukkan bahwa cairan rumen yang diberi enzim urease tidak menghasilkan perubahan bau. Hal tersebut dapat disebabkan oleh enzim urease yang diberikan terlalu sedikit sehingga tidak dapat mempercepat reaksinya. Selain itu, cairan rumen sudah memiliki bau khas yang sangat pekat sehingga bau yang dihasilkan dari reaksi enzim urease tidak dapat mengalahkan bau khas rumen tersebut.

Tabel 2 memperlihatkan pengaruh enzim urease terhadap kacang-kacangan pada suhu ruang yang sama. Terlihat bahwa pada kacang tanah dan kacang merah tidak menghasilkan bau. Sedangkan pada kacang kedelai, 5 menit pertama sedikit berbau. Selajutnya ketika sudah 10 menit, kacang kedelai bertambah bau. Setelah itu, ketika sudah 15 menit kacang kedelai menjadi sangat berbau. Hal tersebut menunjukkan bahwa enzim urease lebih reaktif terhadap kacang kedelai dibandingkan dengan kancang tanah dan kacang merah.

Tabel 3 memperlihatkan pengaruh enzim urease terhadap kacang kedelai yang diberi perlakuan suhu. Kacang kedelai yang diberi perlakuan suhu 0oC dan 75oC tidak menghasilkan bau sama sekali. Sedangkan pada kacang kedelai dengan suhu 4oC, 25oC, dan 50oC sama-sama menghasilkan bau seiring berjalannya waktu. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa enzim urease dapat bekerja mulai dari suhu 4oC sampai dengan 50oC.

Enzim terbuat dari protein sehingga enzim dipengaruhi oleh suhu. Suhu mempengaruhi gerak molekul. Pada suhu optimal, tumbukan antara enzim dan substrat terjadi pada kecepatan yang paling tinggi. Pada suhu jauh di suhu optimal menyebabkan enzim terdenaturasi, mengubah bentuk, struktur, dan fungsinya. Pada suhu jauh di bawah suhu optimal, misalnya pada 0oC, enzim tidak aktif. Enzim pada manusia bekerja optimal pada suhu 35-40oC. Mendekati suhu normal tubuh. Adapun bakteri yang hidup di air panas memiliki enzim yang bekerja optimal pada suhu 70oC (Firmansyah dkk, 2007).





















































KESIMPULAN



            Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa enzim dapat bekerja secara optimum pada suhu ruangan (25°C) dan akan terdenaturasi pada suhu diatas 75°C. Pada enzim urease, enzim dapat bekerja secara optimum hingga suhu 50 °C dan akan terdenaturasi pada suhu diatasnya. Aktivitas enzim akan terlihat seiring berjalannya waktu. Semakin lama waktunya, maka perubahan yang diakibatkan oleh enzim akan semakin terlihat.













































DAFTAR PUSTAKA



Astwan, Made. 2009.  Sehat dengan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta; Penebar Swadaya.

Darmono. 2011. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Yogyakarta; Kanisius.

Firmansyah, Riki dkk. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Bandung; Setia Purna         Inves.

Flodin, N.W. 1997. The Metabolic Rolos, Pharmacology, and Toxicology of Lysine. J. Amcoll Nutr. 16:7-12.

Gaman, P.M. dan Sherington. 1992. Ilmu Pangan. PAU Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Harrow, B. And Mazur  A. 1954. Biochemistry. Six Edition. W.B. Saunders Company: Philadelphia and London.

Jabri, E. 1995. Urease. (terhubung berkala)http://www.chom.uwec.edu(25 Maret 2012).

Ketaren, K.S. 1998. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Utama, Jakarta.

Montgomery, R., R. L. Dryer, T. W. Conway and A.A. Spector. 1993. Biokimia Jilid 1. Edisi Keempat (Terjemahan: M. Ismadi and S. Dawiesah). GajahMada University Press., Yogyakarta.

Somaatmadja. 1964. Kedelai. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

Suhartono, M. T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Departemen Pendidikan dan       Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Antar Universitas             Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.Yangel, O. 2004. Food Legume. Tropical           Product Institut, Lodon.

Wirahadikusumah, M. (1989). Biokimia: protein, enzim, dan asam nukleat. Institut            Teknologi Bandung. Bandung.

Wolf, W.J. 1975.Lipoxygenase and Flavor of Soybean Protein Products. J. Agr. Food Chem. 23 : 136-139

Woodroof, J.G. 1983. Peanut. The AVI Publishing Company, Inc, Westport, Connecticut.
Tags: enzim
Komentar

    FasaPay Online Payment System

    FasaPay Online Payment System

    Statistik
        36,735 hits

    FasaPay Online Payment System
    FasaPay Online Payment System
    Kategori

Selasa, Desember 2

Enzim


Enzim adalah senyawa organik atau katalis protein yang dihasilkan sel dalam suatu reaksi. Enzim bekerja sebagai katalis dalam tubuh makhluk hidup, oleh karena itu disebut biokatalisator. 
Enzim bertindak sebagai katalis, artinya enzim dapat meningkatkan laju reaksi kimia tanpa ikut bereaksi atau dipengaruhi oleh reaksi kimia tersebut. Enzim ini memiliki sifat yang khas, artinya hanya mempengaruhi zat tertentu yang disebut substrat. Substrat adalah molekul yang bereaksi dalam suatu reaksi kimia dan molekul yang dihasilkan disebut produk. Misalnya, enzim protease, substratnya adalah protein dan bentuk reaksinya mengubah protein menjadi asam amino. Jadi, asam amino disebut produk. Untuk lebih memahami cara kerja enzim, mari cermati Gambar di bawah ini.
Enzim disintesis di dalam sel-sel hidup. Sebagian besar enzim bekerja di dalam sel sehingga disebut enzim intraseluler  Contoh enzim intraseluler adalah katalase yang memecah senyawa-senyawa berbahaya, seperti hidrogen peroksida pada sel-sel hati. Sedangkan, enzim yang dibuat di dalam sel dan melakukan fungsinya di luar sel disebut enzim ekstraseluler. Contoh enzim ekstraseluler adalah enzim-enzim pencernaan, seperti amilase yang memecah amilum menjadi maltosa. Reaksi biokimia yang dikendalikan oleh enzim, antara lain respirasi, pertumbuhan, perkecambahan, kontraksi otot, fotosintesis, fiksasi nitrogen, proses pencernaan, dan lain-lain.
Komponen Enzim
Penyusun utama suatu enzim adalah molekul protein yang disebut Apoenzim. Agar berfungsi sebagaimana mestinya, enzim memerlukan komponen lain yang disebut kofaktor. Kofaktor adalah komponen nonprotein berupa ion atau molekul. Berdasarkan ikatannya, kofaktor dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu gugus prostetik, ko-enzim, dan ion-ion anorganik.
  • Gugus prostetik merupakan tipe kofaktor yang biasanya terikat kuat pada enzim, berperan memberi kekuatan tambahan terhadap kerja enzim. Contohnya adalah heme, yaitu molekul berbentuk cincin pipih yang mengandung besi. Heme merupakan gugus prostetik sejumlah enzim, antara lain katalase, peroksidase, dan sitokrom oksidase.
  • Ko-enzim merupakan kofaktor yang terdiri atas molekul organik nonprotein yang terikat renggang dengan enzim. Ko-enzim berfungsi untuk memindahkan gugus kimia, atom, atau elektron dari satu enzim ke enzim yang lain. Contohnya, tiamin pirofosfat, NAD, NADP+, dan asam tetrahidrofolat.
  • Ion-ion anorganik merupakan kofaktor yang terikat dengan enzim atau substrat kompleks sehingga fungsi enzim lebih efektif. Contohnya, amilase dalam ludah akan bekerja lebih baik dengan adanya ion klorida dan kalsium. Beberapa kofaktor tidak berubah di akhir reaksi, tetapi kadang-kadang berubah dan terlibat dalam reaksi yang lain. Enzim yang terikat dengan kofaktornya disebut haloenzim.
Cara Kerja Enzim
Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi) dari EA1 menjadi EA2. (Lihat Gambar dibawah). 
Penurunan energi aktivasi dilakukan dengan membentuk kompleks dengan substrat. Setelah produk dihasilkan, kemudian enzim dilepaskan. Enzim bebas untuk membentuk kompleks baru dengan substrat yang lain. Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi, enzim dan substrat harus saling komplementer.

Cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori gembok dan anak kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.
  1. Teori gembok dan anak kunci (Lock and key theory)
Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.
  1. Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim. Bentuk sisi aktif termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
Sifat-sifat Enzim
Sebagai biokatalisator, enzim memiliki beberapa sifat antara lain:
  1. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan laju suatu reaksi.
  2. Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat tertentu saja.
  3. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarut organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
  4. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
  5. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.
    (E = enzim, S = substrat, dan P = produk)
  6. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor (penghambat) serta konsentrasi substrat.

Kamis, November 13

Cytochrome P450: Structure, Mechanism, and Biochemistry

Buku Saku Patofisiologi Corwin Oleh Elizabeth J. Corwin

Hormon Prostaglandin

      Prostaglandin adalah setiap anggota kelompok lipid senyawa yang berasal enzimatis dari asam lemak dan memiliki fungsi penting dalam hewan tubuh.
       Mereka adalah mediator dan memiliki berbagai kuat fisiologis efek, seperti mengatur kontraksi dan relaksasi otot polos jaringan. Prostaglandin tidak hormon, tetapi autokrin atau parakrin, yang bertindak secara lokal molekul messenger. Mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka tidak diproduksi di lokasi diskrit tapi di banyak tempat di seluruh tubuh manusia. Juga, sel target mereka yang hadir di sekitar langsung dari situs ekskresi mereka (ada banyak). Prostaglandin, bersama dengan tromboksan dan prostacyclins, membentuk prostanoid kelas turunan asam lemak, sebuah subclass dari eicosanoids.
       Nama prostaglandin berasal dari kelenjar prostat. Ketika prostaglandin pertama kali diisolasi dari cairan mani pada tahun 1935 oleh Swedia fisiolog Ulf von Euler, dan oleh MW Goldblatt, prostaglandin diyakini menjadi bagian dari sekresi prostat. (Bahkan, prostaglandin yang diproduksi oleh vesikula seminalis). Ia kemudian menunjukkan bahwa mengeluarkan banyak jaringan lain prostaglandin untuk berbagai fungsi. Yang pertama total sintesis dari prostaglandin F  dan prostaglandin E2 dilaporkan oleh EJ Corey pada tahun 1969. Pada tahun 1971, ditetapkan bahwa aspirin seperti obat-dapat menghambat sintesis prostaglandin. Para ahli biokimia Sune K. Bergström, Bengt I. Samuelsson, dan John R. Vane (1982) bersama-sama menerima Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penelitian mereka di prostaglandin. Oleh karena diduga berasal dari kelenjar prostat, sang penemu memberinya nama prostaglandin.
       Prostaglandin, seperti hormon, berfungsi layaknya senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam sel tempat mereka tersintesis. Prostaglandin diproduksi dalam tubuh oleh sel-sel dan mempengaruhi setiap sistem organ. Mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis dan hormonal dan kadang-kadang bekerja melawan satu sama lain untuk melindungi tubuh. Prostaglandin membuat kimia menyebar dan tindakan mekanik dalam tubuh, tergantung pada rangsangan luar dan struktur sel biologis mereka sendiri. Mereka bertindak sebagai pesan kimia. Tapi tidak berpindah ke situs yang lain, tetapi bekerja dengan baik dalam sel-sel dimana mereka disintesis. Prostaglandin adalah asam karboksilat tak jenuh. Merupakan lipida yang dibangun oleh 20 atom karbon pembentuk rantai utamanya. Prostaglandin merupakan lipida yang mengandung gugus hidroksil (OH) di posisi atom C nomor 11 dan C nomor 15, dan memiliki ikatan rangkap pada atom C no 13.
        Prostaglandin dihasilkan oleh jaringan yang sedang terluka atau sakit yang disintesis dari asam lemak tak jenuh rantai panjang yaitu asam arakidonat. Kehadiran obat penghilang rasa sakit seperti aspirin dapat menghambat proses pembentukan molekul ini. Proses pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Bentuk unik dari dari asam arakidonat disebabkan oleh serangkaian ikatan rangkap cis membantu untuk memasukkannya ke dalam posisi untuk membuat cincin 5 anggota.
       Prostaglandin F2α memberi efek peningkatan MMP-1 dan MMP-3. Berikut ini adalah perbandingan dari berbagai jenis prostaglandin, prostaglandin I2 (PGI 2 ), prostaglandin E2 (PGE 2 ), dan F prostaglandin 2α (PGF  ).
Jenis
Reseptor
Fungsi
PGI 2
IP
§  vasodilasi
§  menghambat agregasi platelet
§  bronchodilatation
PGE 2
EP 1
§  bronkokonstriksi
§  GI saluran otot polos kontraksi
EP 2
§  bronchodilatation
§  GI saluran otot polos relaksasi
§  vasodilatasi
EP 3
§   lambung sekresi asam
§   lambung lendir sekresi
§  rahim kontraksi (bila hamil)
§  GI saluran otot polos kontraksi
§  lipolisis inhibisi
§   otonom neurotransmitter 
§  Platelet ↑ tanggapan terhadap agonis mereka ↑ atherothrombosis dan in vivo
Yang tidak ditentukan
§  hiperalgesia 
§  pyrogenic
PGF 2α
FP
§  rahim kontraksi
§  bronkokonstriksi

       Perbedaan jenis prostaglandin secara langsung terkait dengan efek yang mereka hasilkan dalam tubuh. Prostaglandin E dan Prostaglandin F (pE dan pF) bekerja di rahim wanita untuk merangsang kontraksi selama kelahiran. Jenis serupa yang disebut prostaglandin pF2 berfungsi sebagai luteolytic (pada pria), merangsang pembentukan sperma dan sekresi testosteron. Dalam perempuan, hal itu menyebabkan pembentukan korpus luteum, tahap awal dari ova berkembang. Tromboksan (diikuti PGI2) adalah prostaglandin dimodifikasi yang menyempitkan pembuluh darah dan mulai proses pembekuan. Karena penghapusan cepat prostaglandin dari tubuh, pembekuan darah dilengkapi dengan pF1, jenis lain dari asam lemak. Sebaliknya, prostasiklin adalah prostaglandin yang bekerja sebagai vasodilator.
       Prekursor penting dalam jalur biosintesis eicosanoid adalah asam arakidonat yang dibentuk dari asam linolenat melalui reaksi dikatalisis oleh serangkaian enzim yang didehidrasi dari asam lemak. Sel asam arakidonat toko sebagai komponen dari fosfolipid membran seperti sebagai phosphoinositol. Menanggapi stimulus yang tepat, asam arakidonat dibebaskan dari lipid penyimpanan dengan reaksi enzimatik dikatalisis oleh A2 fosfolipase. Ada sejumlah obat, seperti glukokortikoid, yang memodulasi PLA2 dan dengan demikian pengaruh (Menghambat) eicosanoid produksi. Konversi asam arakidonat bebas untuk prostaglandin dan eicosanoids lainnya dimulai enzim oksidatif dari siklooksigenase (PGHsynthase) dan families.Cyclooxygenase lipoxygenase stereospecifically menambahkan dua molekul oksigen menjadi asam arakidonat untuk membentuk PGG2 endoperoxide bisiklik unik. Kelompok hidroperoksida dari PGG2 kemudian dikurangi siklooksigenase (PGH-sintase) untuk menghasilkan 15 tunggal (S)-alkohol PGH2.
       Dua isozim berbeda siklooksigenase ada, bentuk konstitutif (COX-1) dan
sangat diinduksi bentuk (COX-2).
 Para isozim COX adalah variabel dihambat oleh ω3-lemak asam (asam eicosapentaenoic dan asam dcosahexaenoic) serta tradisional OAINS obat-obatan dan COX-2 inhibitor. Struktur dan penghambatan COX isozim adalah discussde lebih rinci dalam Bab NSAID. PGH2 berfungsi sebagai "titik cabang" untuk enzim spesifik mengarah pada pembentukan prostasiklin (diikuti PGI2), berbagai prostaglandin serta tromboksan. Turunan yang terbentuk dari PGH2 adalah ditentukan oleh jaringan tertentu dan kemampuan metabolisme dan fungsi fisiologis seperti dijelaskan dalam bagian berikutnya. Lipoxygenase jalur metabolisme asam arakidonat menghasilkan berbagai asiklik lipid peroksida (asam hydroperoxyeicosatetraenoic atau HPETEs) yang dapat dikurangi untuk yang sesuai Alkohol (asam hydroxyeicosatetraenoic atau HETEs). The HPETEs dapat menghasilkan oksiran (epoksida) LTA4 yang dapat dihidrolisis untuk LTB4 atau terkonjugasi dengan glutathione untuk menghasilkan LTC4.
       Modifikasi glutathione konjugat asam amino oleh hidrolisis menghasilkan leukotrien lain LTD4, LTE4 dan LTF4. Peran berbagai leukotrien diringkas dalam bagian yang follows III. Tindakan fisiologis dari eicosanoids. Para prostaglandin merupakan mediator penting dari peristiwa fisiologis normal dan telah terlibat dalam berbagai patologi. Mereka telah terlibat dalam peradangan, nyeri, pireksia, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker, glaukoma, rhinitis alergi, asma prematur tenaga kerja, disfungsi seksual pria dan osteoporosis.
       Efek Prostaglandin biasanya diwujudkan secara lokal di sekitar lokasi prostaglandin sintesis (parakrin) dan tindakan mereka berganda dan variabel (stimulasi atau hambat) tergantung pada jenis jaringan dan sifat reseptor yang mereka berinteraksi.
 Sampai saat ini delapan reseptor prostanoid telah diklon dan dikarakterisasi.
       Prostaglandin merupakan vasodilator kuat, yaitu, mereka mengendurkan otot-otot dinding pembuluh darah sehingga diameter menjadi lebih besar dan ada sedikit perlawanan untuk aliran. Akibatnya, tekanan darah turun. Sekali lagi, efeknya dapat lokal. Sebuah contoh penting dari efek vasodilatasi prostaglandin di ginjal, dimanavasodilasi luas menyebabkan peningkatan aliran darah ke ginjal dan
meningkatkan ekskresi garam dalam urin.
 Tromboksan, di sisi lain, sangat kuat
vasokonstriktor dalam pengaturan yang sama.
       Beberapa diuretik, seperti furosemide, dapat bertindak sebagian dengan melepaskan prostaglandin dalam ginjal.
 Menghambat prostaglandin aksi vasopressin pada tubulus ginjal, mengakibatkan meningkatkan ekskresi air. Kecenderungan yang dihasilkan untuk dehidrasi dari ini meningkatkan ekskresi air menyebabkan sekresi lokal prostaglandin ginjal yang lain merangsang sekresi renin. Renin merangsang produksi aldosteron, yang memiliki pengaruh natrium konservasi dan air, sehingga memerangi dehidrasi dan
meninggikan tekanan darah tertekan.
 Meskipun prostaglandin pertama kali terdeteksi pada air mani, tidak ada peran biologis bagi mereka telah ditetapkan dalam sistem reproduksi laki-laki. Ini tidak benar, namun untuk perempuan. Telah menunjukkan bahwa prostaglandin menengahi kontrol GnRH atas sekresi LH, memodulasi ovulasi, dan merangsang otot rahim kontraksi. Penemuan properti ini terakhir telah menyebabkan perlakuan kram menstruasi (dismenore) melalui penggunaan NSAID sebagai inhibitor dari sintesis prostaglandin. Prostaglandin juga berperan dalam mendorong tenaga kerja di hamil istilah atau perempuan di dalam menginduksi aborsi terapeutik. Proses pembentukan bekuan dimulai dengan agregasi trombosit darah. Proses ini sangat dirangsang oleh tromboksan dan dihambat oleh prostasiklin.
       Prostasiklin merupakan disintesis dalam dinding pembuluh darah dan melayani fungsi fisiologis mencegah pembekuan perlu. Tromboksan, di sisi lain, disintesis dalam platelet diri mereka sendiri dan dilepaskan. The platelet mengikuti satu sama lain dan darah dinding kapal. Melalui mekanisme prostaglandin dan tromboksan, pembekuan dicegah bila tidak perlu dan berlangsung bila diperlukan. Trombosit melekat dalam arteri yang dipengaruhi oleh proses aterosklerosis, mereka membentuk plak sepanjang interior permukaan dinding permukaan. Jenis agregasi trombosit dan menyebabkan pembekuan untuk memblokir (Oklusi) dari dinding pembuluh darah, penyebab paling umum serangan jantung (arteri koroner oklusi). Ini wawasan biologis telah menyebabkan rekomendasi luas bahwa orang-orang di risiko oklusi koroner untuk mengambil aspirin, penghambat dari enzim siklooksigenase, sehari-hari sebagai tindakan pencegahan.
       Eicosanoids, khususnya leukotrien, juga memainkan peran penting dalam peradangan, sebuah proses ditandai dengan kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), dan perubahan ini disebabkan oleh dilatasi lokal pembuluh darah yang memungkinkan peningkatan aliran darah ke daerah yang terkena.
 Pembuluh darah menjadi lebih permeabel, mengarah ke perlawanan infeksi sel darah putih cairan dari darah ke jaringan sekitarnya.
       Prostaglandin memainkan peran penting dalam asal-usul gangguan kekebalan tubuh, kesadaran bahwa telah mendorong penyelidikan inhibitor sintesis prostaglandin untuk digunakan dalam pengobatan hipersensitivitas (anafilaktik) reaksi, alergi, dan penyakit autoimun.
       Prostaglandin dan aplikasi terapi mereka termasuk hidrokortison dan sintetisnya derivatif, seperti prednison, yang menstabilkan membran sel dan, dalam dosis besar, blok pembebasan asam arakidonat. steroid anti-inflamasi blok produksi eicosanoids dengan mencegah pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid. Steroid anti-inflamasi obat, memblokir enzim yang mengubah asam arakidonat prostaglandin. Aspirin blok berbeda enzim pada alternatif jalur sehingga obat dapat meredakan peradangan disebabkan oleh penyebab yang berbeda leukotrien juga agen inflamasi.
       Prostaglandin sintetik digunakan:
§ Untuk menginduksi persalinan (nifas) atau aborsi (PGE 2 atau PGF 2 , dengan atau tanpa mifepristone , antagonis progesteron);
§ Untuk mencegah penutupan ductus arteriosus paten pada bayi baru lahir dengan khususnya cacat jantung sianosis (PGE 1 );
§ Untuk mencegah dan mengobati tukak lambung (PGE);
§ Sebagai vasodilator di parah 's fenomena Raynaud atau iskemia dari anggota badan;
§ Pada hipertensi paru;
§ Dalam pengobatan glaukoma (seperti dalam bimatoprost larutan tetes mata, analog prostamide sintetik dengan aktivitas hipotensi okular);
§ Untuk mengobati disfungsi ereksi atau dalam rehabilitasi setelah operasi penis (PGE1 sebagai alprostadil );
§ Sebagai bahan dalam bulu mata dan alis produk kecantikan pertumbuhan karena efek samping yang berhubungan dengan peningkatan pertumbuhan rambut.
        Fungsi Prostaglandin:          
1.              Prostaglandin adalah zat alami yang berasal dari asam lemak dan disintesis oleh sel dalam tubuh mamalia. Diproduksi di setiap sel tubuh kecuali sel darah merah, prostaglandin menanggapi rangsangan yang berbeda dalam tubuh untuk tanggapan efek pada hormon dan sel-sel secara langsung dalam jaringan di mana mereka berada. Mereka muncul dalam jumlah yang relatif menit dan dimetabolisme dengan cepat dalam darah;
2.              Aktivasi respon inflamasi, produksi nyeri, dan demam. Bila jaringan rusak, banjir darah sel darah putih ke situs untuk mencoba meminimalkan kerusakan jaringan. Prostaglandin diproduksi sebagai hasilnya;
3.              Gumpalan darah terbentuk ketika sebuah pembuluh darah rusak. Jenis yang disebut prostaglandin tromboksan merangsang penyempitan dan penggumpalan platelet. Sebaliknya, diikuti PGI2, dihasilkan memiliki efek sebaliknya pada dinding pembuluh darah di mana pembekuan tidak boleh membentuk;
4.              Prostaglandin tertentu terlibat dengan induksi persalinan dan proses reproduksi lainnya. PGE2 menyebabkan kontraksi rahim dan telah digunakan untuk menginduksi persalinan;
5.              Prostaglandin terlibat dalam beberapa organ-organ lain seperti saluran pencernaan (menghambat sintesis asam dan meningkatkan sekresi lendir pelindung), meningkatkan aliran darah di ginjal, dan leukotriens mempromosikan penyempitan saluran pernapasan yang terkait dengan asma;
6.              Menyebabkan penyempitan atau pelebaran dalam pembuluh darah otot halus sel;
7.              Menyebabkan agregasi atau disagregasi dari platelet;
8.              Peka tulang belakang neuron terhadap nyeri;
9.              Menurunkan tekanan intraokular;
10.          Mengatur kalsium gerakan;
11.          Kontrol hormon peraturan;
12.          Kontrol pertumbuhan sel;
13.          Bertindak pada pusat thermoregulatory dari hipotalamus untuk menghasilkan demam;
14.          Bekerja pada mesangial sel dalam glomerulus dari ginjal untuk meningkatkan laju filtrasi glomerular.
       Prostaglandin disekresi oleh kelenjar prostat. Prostat adalah kelenjar eksokrin pada sistem reproduksi binatang menyusui jantan. Fungsi utamanya adalah untuk mengeluarkan dan menyimpan sejenis cairan yang menjadi dua pertiga bagian dari air mani. Prostat berbeda-beda dari satu spesies ke spesies lainnya dalam hal anatomi, kimia dan fisiologi.
       Prostaglandin ditemukan di sebagian besar jaringan dan organ. Mereka diproduksi oleh semua sel bernukleus kecuali limfosit.Mereka autokrin dan parakrin mediator lipid yang bertindak berdasarkan trombosit , endotel , uterus dan sel mast . Mereka disintesis dalam sel dari asam lemak esensial (EFA).Perantara diciptakan dari fosfolipase-A 2 , kemudian dibawa keluar dari salah satu baik jalur siklooksigenase atau jalur lipoxygenase untuk membentuk baik prostaglandin dan tromboksan atau leukotriene masing-masing. Jalur siklooksigenase menghasilkan tromboksan, prostasiklin dan prostaglandin D, E dan F. Jalur enzim lipoxygenase tidak aktif dalam leukosit dan makrofag dan leukotrien mensintesis.
       Prostaglandin awalnya diyakini meninggalkan sel-sel melalui difusi pasif karena lipophilicity tinggi. Penemuan transporter prostaglandin (PGT, SLCO2A1), yang memediasi pengambilan selular prostaglandin, menunjukkan bahwa difusi saja tidak dapat menjelaskan penetrasi prostaglandin melalui membran selular. Pelepasan prostaglandin sekarang juga telah ditunjukkan untuk menjadi dimediasi oleh transporter tertentu, yaitu protein resistensi multidrug 4 (MRP4, ABCC4), anggota -mengikat kaset transporter ATP superfamili. Apakah MRP4 adalah transporter hanya melepaskan prostaglandin dari sel masih belum jelas.

-          Cyclooxygenases
       Prostaglandin yang dihasilkan setelah oksidasi berurutan AA, DGLA atau EPA oleh cyclooxygenases (COX-1 dan COX-2) prostaglandin dan terminal sintesis. Dogma klasik adalah sebagai berikut:
§ COX-1 bertanggung jawab untuk tingkat dasar prostaglandin.
§ COX-2 menghasilkan prostaglandin melalui stimulasi.
       Namun, sementara COX-1 dan COX-2 yang keduanya terletak di pembuluh darah, perut dan ginjal, kadar prostaglandin yang meningkat sebesar COX-2 dalam skenario peradangan. Bentuk ketiga COX, disebut COX-3 diperkirakan ada di otak dan mungkin terkait dengan relief Sakit kepala ketika di terapi NSAID.
-          Prostaglandin sintase E
       Prostaglandin E 2 (PGE 2 ) dihasilkan dari tindakan synthases E prostaglandin pada prostaglandin H 2 (PGH 2 ). E prostaglandin synthases Beberapa telah diidentifikasi. Sampai saat ini, sintase prostaglandin mikrosoma E-1 muncul sebagai enzim kunci dalam pembentukan PGE 2 .
-          Sintesis prostaglandin terminal Lainnya
       Sintesis prostaglandin Terminal telah diidentifikasi yang bertanggung jawab untuk pembentukan prostaglandin lainnya. Sebagai contoh, hematopoietik dan lipocalin prostaglandin D synthases (hPGDS dan lPGDS) bertanggung jawab untuk pembentukan PGD 2 dari PGH 2. Demikian pula, prostasiklin (PGI 2 ) sintase (PGIS) mengkonversi PGH 2 ke PGI 2. Sebuah sintase tromboksan (TxAS) juga telah diidentifikasi. Prostaglandin F sintase (PGFS) mengkatalisis pembentukan 9α, 11β-PGF 2α, β dari PGD 2 dan PGF  dari PGH 2 di hadapan NADPH. Enzim ini baru-baru ini crystallyzed di kompleks dengan PGD 2  dan bimatoprost (suatu analog sintetik dari PGF  ).
       Penghambatan prostaglandin disebabkan oleh prostaglandin antagonis. Prostaglandin adalah hormon antagonis yang bertindak atas prostaglandin itu sendiri, Contohnya NSAID. NSAID (Nonsteroidal anti-inflammatory drugs) menghambat siklooksigenase dan mengurangi sintesis prostaglandin. Kortikosteroid menghambat fosfolipase A 2 produksi dengan meningkatkan produksi lipocortin, protein inhibitor. obat relatif baru, yang dikenal sebagai inhibitor COX-2 selektif atau coxib, digunakan sebagai inhibitor spesifik COX-2.
       Efek dari kelebihan dan kekurangan hormon prostaglandin :
-          Kelebihan hormon :
·         Polip;
·         Rasa nyeri pada saat menstruasi.

-          Kekurangan hormon :
·         Jika jumlah prostaglandin dalam air mani ini kurang dapat juga menjadi masalah infertilitas;
·         Kelainan-kelainan yang terdapat dalam rahim dapat mengganggu dalam hal implantasi, pertumbuhan intrauterine (dalam kandung rahim), nutrisi, serta oksigenisasi janin.