Jumat, April 18

Go Lets Do It

Nggolet duit

Selasa, April 15

Makalah BIOTEK tentang M-BIO

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Teknologi M-Bio adalah Pembuatan pupuk organik dengan mengaplikasikan teknologi "polybag". Teknologi ini ditemukan oleh Prof. Dr. Rudi Priyadi, sejak 1996 lalu. Temuan itu melalui proses panjang, mulai dari uji lab hingga uji lapangan beberapa kali.
           Pembuatan teknologi ini sedikit berbeda dengan pembuatan kompos yang biasanya memakan waktu dua bulan. Pupuk ini hanya membutuhkan waktu seminggu. Caranya, hanya membuat pupuk organik dengan cara fermentasi (porasi) dengan aplikasi teknologi "polybag". Porasi ini, dibuat dari sampah, jerami, kotoran hewan, dan hijau-hijauan daun. Semua bahan difermentasi oleh mikroba, mikroorganisme tertentu, dalam hal ini digunakan mikroba dari kultur "polybag" selama seminggu. Mikroba yang terdapat dalam "polybag", yaitu Lactobacillus sp, selubizing phosphate bacteria, yeast, dan azosprillium.
           Mikroba itu, mampu memfermentasikan bahan organik dalam waktu cepat dan menghasilkan senyawa organik, seperti protein, gula, asam laktat, asam amino, alkohol, dan vitamin. Contoh produk terkenal yang dihasilkan proses semacam itu, seperti dalam makanan yang difermentasikan, yaitu tauco dari kedelai, saus kedelai, dan lainnya. Porasi yang dihasilkan bisa padat dan juga cair.

B.    Rumusan Masalah
-    Bagaimana cara pemakaian M-BIO?
-    Apa saja keunggulan M-BIO dibanding yang lain?
-    Peranan dan Fungsi Mikroba M-BIO
-    Di bidang apa saja M-BIO dapat diterapkan?

C.    Tujuan
-    Mengenal dan mengetahui teknologi M-BIO dalam penerapan ilmu bioteknologi.
-    Mampu menerapkan teknologi M-BIO
-    Mengetahui keunggulan M-BIO

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Cara Penggunaan Teknologi M-BIO
a.    Kumpulkan bahan organik (kotoran ternak, rumput-rumputan, sisa-sisa panen dll) lalu dicacah.
b.    Siapkan air dalam wadah/ drum/ ember dll, kemudian tuangkan larutan M-BIO 15 ml / 1L air, kemudian diaduk.
c.    Masukkan bahan organik tadi sampai terendam, kira-kira volume bahan organik 1/3 volume air.
d.    Tutup wadah tersebut, dan tiap hari diaduk.
e.    Setelah 14 hari, larutannya siap disiramkan ke tanah, dengan ditambah air biasa 1 : 2.  (1 liter larutan PORASI CAIR + 2 liter air biasa).
Untuk membuat pupuk organik berkualitas (PORASI = Pupuk organik hasil fermentasi M-BIO) disebut PORASI PADAT.
a.    Kumpulkan bahan organik (kotoran ayam, kambing, sapi, sisa-sisa tumbuhan, jerami dll).
b.    Bahan organik tersebut dicacah / dihaluskan.
c.    Siramkan larutan M-BIO (15 ml M-BIO/1 L air) ke bahan organik tersebut secara merata sambil diaduk-aduk, sampai basah kadar air ± 50%.
d.    Tutup bahan organik tersebut, bisa dengan karung goni atau penutup lainnya.
e.    Setiap hari dibolak-balik agar suhu tidak terlalu tinggi, usahakan suhu dijaga jangan melebihi 45 derajat C.
f.    Setelah 12-14 hari, PORASI siap diaplikasikan ke pertanaman.
g.    Cara aplikasi PORASI, sama dengan aplikasi pupuk organik biasa.

Catatan :
Dosis PORASI untuk tanaman rata-rata berkisar antara 5 ton sampai 15 ton/ha, terutama tergantung kesuburan tanah dan komoditas tanamannya Membuat PORASI 1 ton diperlukan 1-2 L M-BIO
Selain itu, dalam bentuk cair adalah dedaunan hijau, dimasukkan dalam air dalam jumlah banyak. Misalkan, ditabur "polybag" dan diaduk-aduk. Dalam waktu seminggu, cairan itu akan menjadi pupuk untuk disemprotkan.

B.    Keunggulan M-BIO
1.    Pembuatannya lebih cepat dan singkat.
2.    Hasil fermentasi dari bahan organik ini (asam amino, asam laktat, gula, alkohol, vitamin, protein, dan asam lainnya) mudah diserap oleh tanaman.
3.    Kandungan nutrisinya lebih tinggi dari pada kompos
4.    Tidak meninggalkan residu negatif seperti gas dan panas, sedangkan dalam pembuatan kompos akan dilepaskan panas dan bau (gas)

C.    Peranan dan Fungsi Mikroba M-BIO
1.    Mampu mencegah terjadinya proses pembusukan semua bahan organik,
2.    Melarutkan senyawa anorganik (P, Ca, Mg, dll) & senyawa organik ( gula, asam amino, dan alkohol).
3.    Membentuk antioksidan ( mencegah O2 yang berikatan dengan penyakit tertentu dari tanaman, hewan ataupun manusia).
4.    Membentuk Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman ( vegetatif dan generatif ).
5.    Meningkatkan kesehatan tanaman dan mengurangi atau menghilangkan bau busuk seperti amonia, H2S dan beberapa senyawa karbon serta gas-gas yang berbahaya yang dihasilkan oleh mikroba yang merugikan.

D.    Berbagai Bidang Aplikasi M-BIO
Bidang Pertanian dan Perkebunan
1.    Mempercepat penguraian bahan organik secara fermentasi yang menguntungkan.
2.    Meningkatkan hasil tanaman dan merangsang pembuahan dan mencegah bunga dan buah rontok.
3.    Memperbaiki tanah yang rusak ( sifat biologi, kimia dan fisika tanah ) agar menjadi gembur kembali secara bertahap.
4.    Mengikat Nitrogen di udara dan menghasilkan hormon perangsang tumbuh.
5.    Melarutkan senyawa P yang tidak tersedia dalam tanah menjadi bentuk P ( Phosfat ) yang tersedia bagi tanaman.
6.    Mencegah serangan hama dan penyakit tanaman
7.    Menghasilkan senyawa-senyawa yang penting untuk pertumbuhan tanaman.
8.    Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman

Bidang Perikanan
1.    Merangsang pertumbuhan Phyto plankton dan Zoo plankton sebagai pakan alami udang dan ikan.
2.    Meningkatkan/mempertahankan kesuburan tanah dasar tambak/kolam & menyeimbangkan unsur hara.
3.    Mengurai sisa-sisa pakan berlebihan, kotoran udang dan ikan menjadi senyawa organik.
4.    Merangsang pertumbuhan, meningkatkan kesehatan serta produksi benih udang dan ikan.
5.    Menetralkan pH dan menstabilkan kualitas air.
6.    Meningkatkan konversi pakan.
7.    Menekan kematian benih udang dan ikan serta menekan aktifitas serangan mikroorganisme patogen.
8.    Membuat Pakan Ikan.
9.    Sebagai food supplement dan mineral supplement pada unggas, ternak dan ikan.

Bidang Perternakan
1.    Menyehatkan/ meningkatkan daya tahan ternak terhadap serangan penyakit.
2.    Menurunkan FCR (Food Cost Ratio) juga menurunkan crude protein sampai 2 % tanpa menurunkan produksi.
3.    Memberikan nilai efisiensi dalam pencernaan makanan, menyerap nutrisi lebih banyak dan efisien.
4.    Meningkatkan nafsu makan ternak, dan mempercepat pertumbuhan ternak.
5.    Membantu menguraikan struktur jaringan pakan yang sulit terurai.
6.    Menekan dan mengendalikan bau kandang /kotoran ternak dan bakteri-bakteri patogen.

Pengolahan Limbah
1.    Menjernihkan & meningkatkan kualitas air.
2.    Menghilangkan bau busuk pada WC.
3.    Menurunkan kadar Chlorida dan Sulfat.
4.    Menurunkan kandungan logam-logam berat.
5.    Menetralkan pH serta mempercepat dekomposisi.
6.    Pengolah limbah organik rumah tangga, industri dan TPA

Bidang Tambahan yang Sangat Menguntungkan
• Sebagai bahan pembuat telur asin yang efektif dan efisien.
• Untuk membuat VCO
• Untuk membuat tepung MOCAF
• Mengawetkan makanan sebelum dimasak
• Dapat menjadi pengganti fungsi Obat merah/betadin.
• Dll.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
M-BIO merupakan kultur campuran mikroba yang menguntungkan dengan paten CMF-21 diantaranya ; Bakteri Pelarut Fosfat, Lactobacillus sp, Yeast, dan Azospirillum sp.
Hanya memerlukan waktu sampai 7 (tujuh) hari maka bahan-bahan organik dapat difermentasikan secara sempurna sehingga menjadi PORASI (Pupuk Organik Cara Fermentasi) yang berkualitas.
Memiliki beberapa keunggulan dibanding kompos dan dapat dipergunakan di semua bidang pertanian, peternakan, industri, pengolahan limbah, dll.

REFERENSI

http://organikdunia.blogspot.com/
www.m-bio.4t.com
www.webwebweb.com

Sabtu, April 12

Cara menseleksi keberhasilan memasukkan DNA baru ke dalam plasmid, lengkap dengan prosedur perseleksian


Rekayasa genetika adalah suatu teknik bioteknologi yang digunakan untuk mentransfer gen dari suatu organisme ke organisme lain untuk mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA Rekombinan.
DNA Rekombinan adalah DNA yang urutannya telah direkombinasikan agar memiliki sifat- sifat atau fungsi yang kita inginkan sehingga organisme penerimanya mengekspresikan sifat atau melakukan fungsi yang kita inginkan. Misalnya, kita membuat DNA rekombinan yang memiliki fungsi membuat insulin. DNA ini kemudian kita masukan ke dalam bakteri dengan harapan bakteri tersebut dapat menghasilkan insulin. DNA rekombinan dilakukan melalui penyisipan gen dengan plasmid sebagai vektornya/ “kendaraan pemindah”.
Adapun teknik pembuatan DNA rekombinan adalah sebagai berikut:
    §  Teknik mengisolasi DNA;
    §  Teknik memotong DNA dengan menggunakan enzim retriksi endonuklease;
    §  Teknik menggabung/ menyambung DNA dengan menggunakan enzim ligase;
    §  Teknik memasukkan DNA kedalam sel hidup (vektor)
    §  Vektor berkembang dengan sisipan DNA yang direkayasa.
Dua komponen utama yang terlibat di dalam rekayasa genetika, yaitu plasmid dan enzim.
1)                  Plasmid
Plasmid adalah molekul DNA berantai rangkap dan berbentuk cincin. Plasmid ditemukan didalam sel bakteri dan dapat berbiak secara bebas, lepas dari kromosom induk. Dalam rekayasa genetika, plasmid berperan sebagai vektor (kendaraan) yang digunakan untuk mentransfer dan memperbanyak gen asing.
Keuntungan penggunaan plasmid adalah dapat di pindahkan dari satu sel ke sel yang lain, misalnya melalui cara transformasi. Ketika satu gen “asing” (biasanya diekstrak dari satu kromosom sel eukariotik) telah disisipkan ke dalam satu plasmid, ia akan bertindak seperti kendaraaan yang mengangkut gen ke dalam sel bakteri. Plasmid yang membawa gen tersebut siap di absorpsi dan di replikasikan oleh bakteri sehingga setiap anakan sel yang dihasilkan akan mewarisi gen- gen baru. Selanjutnya, setiap bakteri didalam kultur gen- gen akan menginstruksi, misalnya “hasilkan hormon insulin manusia”.
Adapun beberapa cara pemindahan DNA diantaranya adalah:
     §  Konjugasi: pemindahan DNA dalam sel bakteri melalui kontak fisik antar kedua sel.
     §  Transformasi: pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan sekitarnya.
     §  Transduksi: pemindahan DNA daribsatu sel ke sel lainnya melaui perantara

2)                  Enzim
Dalam rekayasa genetika dikenal dua macam bahan kimia yang berperan penting. Kedua macam bahan kimia tersebut adalah enzim pemutus (retriksi endonuklease) dan enzim perekat (ligase).
Enzim retriksi endonuklease merupakan enzim khusus dari bakteri yang berguna sebagai alat pertahanan tubuh. Misalnya untuk melawan DNA asing yang menyusup masuk, seperti yang berasal dari virus. Dalam dunia rekayasa genetika, enzim tersebut bertindak sebagai gunting biologi yang berfungsi untuk memotong/ menggunting rantai DNA pada tempat- tempat khusus. Enzim retriksi endonuklease memiliki dua keutamaan. Pertama, memiliki fungsi kerja spesifik. Dalam hal ini enzim mampu mengenal dan memotong urutan nukleotida tertentu pada DNA. Kedua, mampu menghasilkan potongan- potongan runcingketika memotong rantai ganda DNA. Fragmen- fragmen yang dihasilkannya adalah berupa ujung runcing (ujung lengket) yang terdiri atas untaian tunggal. Setiap ujung dari fragmen memiliki bagian yang menjorok dengan urutan basa yang dapat dikenali dan dipasangi oleh basa yang terletak di ujung untaian lainnya. Misalnya, ujung untaian tunggal dengan urutan basa AATT pada satu ujung dan TTAA pada ujung yang lain. Kedua fragmen tersebut dapat disambungkan sehingga membentuk satu untaian nukleotida lagi. Dalam hal ini, enzim ligase berfungsi untuk merekatkan dan mempersatukan fragmen- fragmen/ potongan- potongan DNA.

      Teknik Plasmid Rekayasa Genetika
Melalui teknk plasmid dalam rekayasa genetika, para ahli dibidang bioteknologi dapat mengembangkan tanaman transgenik yang resisten terhadap hama dan penyakit, adaptif kekeringan dan kondisi tanah yang tidak subur, hewan transgenik dan lain- lain.


Gambar. Rekayasa genetika dengan plasmid bakteri

Pengertian Teknologi DNA Rekombinan
Secara klasik analisis molekuler protein dan materi lainnya dari kebanyakan organisme ternyata sangat tidak mudah untuk dilakukan karena adanya kesulitan untuk memurnikannya dalam jumlah besar. Namun, sejak tahun 1970-an berkembang suatu teknologi yang dapat diterapkan sebagai pendekatan dalam mengatasi masalah tersebut melalui isolasi dan manipulasi terhadap gen yang bertanggung jawab atas ekspresi protein tertentu atau pembentukan suatu produk.
Teknologi yang dikenal sebagai teknologi DNA rekombinan, atau dengan istilah yang lebih populer rekayasa genetika, ini melibatkan upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya sehingga sering pula dikatakan sebagai kloning gen. Banyak definisi telah diberikan untuk mendeskripsikan pengertian teknologi DNA rekombinan. Salah satu di antaranya, yang mungkin paling representatif, menyebutkan bahwa teknologi DNA rekombinan adalah pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.
Teknologi DNA rekombinan mempunyai dua segi manfaat. Pertama, dengan mengisolasi dan mempelajari masing-masing gen akan diperoleh pengetahuan tentang fungsi dan mekanisme kontrolnya. Kedua, teknologi ini memungkinkan diperolehnya produk gen tertentu dalam waktu lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada produksi secara konvensional.
Pada dasarnya upaya untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan melalui teknologi DNA rekombinan melibatkan beberapa tahapan tertentu (Gambar 9.1). Tahapan-tahapan tersebut adalah isolasi DNA genomik/kromosom yang akan diklon, pemotongan molekul DNA menjadi sejumlah fragmen dengan berbagai ukuran, isolasi DNA vektor, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor untuk menghasilkan molekul DNA rekombinan, transformasi sel inang menggunakan molekul DNA rekombinan, reisolasi molekul DNA rekombinan dari sel inang, dan analisis DNA rekombinan.
Isolasi DNA
Isolasi DNA diawali dengan perusakan dan atau pembuangan dinding sel, yang dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi, beku-leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim. Langkah berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif lunak dapat dengan mudah diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik, sedangkan bahan-bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang kuat seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Pada eukariot langkah ini harus disertai dengan perusakan membran nukleus. Setelah sel mengalami lisis, remukan-remukan sel harus dibuang. Biasanya pembuangan remukan sel dilakukan dengan sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi menggunakan fenol atau pelarut organik seperti kloroform untuk kemudian disentrifugasi dan dihancurkan secara enzimatis dengan proteinase. DNA yang telah dibersihkan dari protein dan remukan sel masih tercampur dengan RNA sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan dengan penambahan amonium asetat dan alkohol atau dengan sentrifugasi kerapatan menggunakan CsCl
Teknik isolasi DNA tersebut dapat diaplikasikan, baik untuk DNA genomik maupun DNA vektor, khususnya plasmid. Untuk memilih di antara kedua macam molekul DNA ini yang akan diisolasi dapat digunakan dua pendekatan. Pertama, plasmid pada umumnya berada dalam struktur tersier yang sangat kuat atau dikatakan mempunyai bentuk covalently closed circular (CCC), sedangkan DNA kromosom jauh lebih longgar ikatan kedua untainya dan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi. Perbedaan tersebut menyebabkan DNA plasmid jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan DNA kromosom. Oleh karena itu, aplikasi kondisi denaturasi akan dapat memisahkan DNA plasmid dengan DNA kromosom.
Pendekatan kedua didasarkan atas perbedaan daya serap etidium bromid, zat pewarna DNA yang menyisip atau melakukan interkalasi di sela-sela basa molekul DNA. DNA plasmid akan menyerap etidium bromid jauh lebih sedikit daripada jumlah yang diserap oleh DNA kromosom per satuan panjangnya. Dengan demikian, perlakuan menggunakan etidium bromid akan menjadikan kerapatan DNA kromosom lebih tinggi daripada kerapatan DNA plasmid sehingga keduanya dapat dipisahkan melalui sentrifugasi kerapatan.
Enzim Restriksi
Tahap kedua dalam kloning gen adalah pemotongan molekul DNA, baik genomik maupun plasmid. Perkembangan teknik pemotongan DNA berawal dari saat ditemukannya sistem restriksi dan modifikasi DNA pada bakteri E. coli, yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteriofag lambda (l). Virus l digunakan untuk menginfeksi dua strain E. coli, yakni strain K dan C.  Jika l yang telah menginfeksi strain C diisolasi dari strain tersebut dan kemudian digunakan untuk mereinfeksi strain C, maka akan diperoleh l progeni (keturunan) yang lebih kurang sama banyaknya dengan jumlah yang diperoleh dari infeksi pertama. Dalam hal ini, dikatakan bahwa efficiency of plating (EOP) dari strain C ke strain C adalah 1.  Namun, jika l yang diisolasi dari strain C digunakan untuk menginfeksi strain K, maka nilai EOP-nya hanya 10-4. Artinya, hanya ditemukan l progeni sebanyak 1/10.000 kali jumlah yang diinfeksikan. Sementara itu, l yang diisolasi dari strain K mempunyai nilai EOP sebesar 1, baik ketika direinfeksikan pada strain K maupun pada strain C. Hal ini terjadi karena adanya sistem restriksi/modifikasi (r/m) pada strain K.
Pada waktu bakteriofag l yang diisolasi dari strain C diinfeksikan ke strain K, molekul DNAnya dirusak oleh enzim endonuklease restriksi yang terdapat di dalam strain K. Di sisi lain, untuk mencegah agar enzim ini tidak merusak DNAnya sendiri, strain K juga mempunyai sistem modifikasi yang akan menyebabkan metilasi beberapa basa pada sejumlah urutan tertentu yang merupakan tempat-tempat pengenalan (recognition sites) bagi enzim restriksi tersebut.
DNA bakteriofag l yang mampu bertahan dari perusakan oleh enzim restriksi pada siklus infeksi pertama akan mengalami modifikasi dan memperoleh kekebalan terhadap enzim restrisksi tersebut. Namun, kekebalan ini tidak diwariskan dan harus dibuat pada setiap akhir putaran replikasi DNA. Dengan demikian, bakteriofag l yang diinfeksikan dari strain K ke strain C dan dikembalikan lagi ke strain K akan menjadi rentan terhadap enzim restriksi.
Metilasi hanya terjadi pada salah satu di antara kedua untai molekul DNA. Berlangsungnya metilasi ini demikian cepatnya pada tiap akhir replikasi hingga molekul DNA baru hasil replikasi tidak akan sempat terpotong oleh enzim restriksi.
Enzim restriksi dari strain K telah diisolasi dan banyak dipelajari. Selanjutnya, enzim ini dimasukkan ke dalam suatu kelompok enzim yang dinamakan enzim restriksi tipe I.  Banyak enzim serupa yang ditemukan kemudian pada berbagai spesies bakteri lainnya.
Pada tahun 1970 T.J. Kelly menemukan enzim pertama yang kemudian dimasukkan ke dalam kelompok enzim restriksi lainnya, yaitu enzim restriksi tipe II. Ia mengisolasi enzim tersebut dari bakteri Haemophilus influenzae strain Rd, dan sejak saat itu ditemukan lebih dari 475 enzim restriksi tipe II dari berbagai spesies dan strain bakteri. Semuanya sekarang telah menjadi salah satu komponen utama dalam tata kerja rekayasa genetika.
Enzim restriksi tipe II antara lain mempunyai sifat-sifat umum yang penting sebagai berikut:
1.      mengenali urutan tertentu sepanjang empat hingga tujuh pasang basa di dalam molekul DNA
2.      memotong kedua untai molekul DNA di tempat tertentu pada atau di dekat tempat pengenalannya
3.      menghasilkan fragmen-fragmen DNA dengan berbagai ukuran dan urutan basa.
Sebagian besar enzim restriksi tipe II akan mengenali dan memotong urutan pengenal yang mempunyai sumbu simetri rotasi. Gambar 11.3 memperlihatkan beberapa enzim restriksi beserta tempat pengenalannya.
Pemberian nama kepada enzim restriksi mengikuti aturan sebagai berikut. Huruf pertama adalah huruf pertama nama genus bakteri sumber isolasi enzim, sedangkan huruf kedua dan ketiga masing-masing adalah huruf pertama dan kedua nama petunjuk spesies bakteri sumber tersebut. Huruf-huruf tambahan, jika ada, berasal dari nama strain bakteri, dan angka romawi digunakan untuk membedakan enzim yang berbeda tetapi diisolasi dari spesies yang sama.
Tempat pemotongan pada kedua untai DNA sering kali terpisah sejauh beberapa pasang basa. Pemotongan DNA dengan tempat pemotongan semacam ini akan menghasilkan fragmen-fragmen dengan ujung 5’ yang runcing karena masing-masing untai tunggalnya menjadi tidak sama panjang. Dua fragmen DNA dengan ujung yang runcing akan mudah disambungkan satu sama lain sehingga ujung runcing sering pula disebut sebagai ujung lengket (sticky end) atau ujung kohesif.
Hal itu berbeda dengan enzim restriksi seperti Hae III, yang mempunyai tempat pemotongan DNA pada posisi yang sama. Kedua fragmen hasil pemotongannya akan mempunyai ujung 5’ yang tumpul karena masing-masing untai tunggalnya sama panjangnya. Fragmen-fragmen DNA dengan ujung tumpul (blunt end) akan sulit untuk disambungkan. Biasanya diperlukan perlakuan tambahan untuk menyatukan dua fragmen DNA dengan ujung tumpul, misalnya pemberian molekul linker, molekul adaptor, atau penambahan enzim deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai tunggal homopolimerik 3’.
Ligasi Molekul – molekul DNA
Pemotongan DNA genomik dan DNA vektor menggunakan enzim restriksi harus menghasilkan ujung-ujung potongan yang kompatibel. Artinya, fragmen-fragmen DNA genomik nantinya harus dapat disambungkan (diligasi) dengan DNA vektor yang sudah berbentuk linier.
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk meligasi fragmen-fragmen DNA secara in vitro. Pertama, ligasi menggunakan enzim DNA ligase dari bakteri. Kedua, ligasi menggunakan DNA ligase dari sel-sel E. coli yang telah diinfeksi dengan bakteriofag T4 atau lazim disebut sebagai enzim T4 ligase. Jika cara yang pertama hanya dapat digunakan untuk meligasi ujung-ujung lengket, cara yang kedua dapat digunakan baik pada ujung lengket maupun pada ujung tumpul. Sementara itu, cara yang ketiga telah disinggung di atas, yaitu pemberian enzim deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai tunggal homopolimerik 3’. Dengan untai tunggal semacam ini akan diperoleh ujung lengket buatan, yang selanjutnya dapat diligasi menggunakan DNA ligase.
Suhu optimum bagi aktivitas DNA ligase sebenarnya 37ºC. Akan tetapi, pada suhu ini ikatan hidrogen yang secara alami terbentuk di antara ujung-ujung lengket akan menjadi tidak stabil dan kerusakan akibat panas akan terjadi pada tempat ikatan tersebut.  Oleh karena itu, ligasi biasanya dilakukan pada suhu antara 4 dan 15ºC dengan waktu inkubasi (reaksi) yang diperpanjang (sering kali hingga semalam).
Pada reaksi ligasi antara fragmen-fragmen DNA genomik dan DNA vektor, khususnya plasmid, dapat terjadi peristiwa religasi atau ligasi sendiri sehingga plasmid yang telah dilinierkan dengan enzim restriksi akan menjadi plasmid sirkuler kembali. Hal ini jelas akan menurunkan efisiensi ligasi. Untuk meningkatkan efisiensi ligasi dapat dilakukan beberapa cara, antara lain penggunaan DNA dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 100µg/ml), perlakuan dengan enzim alkalin fosfatase untuk menghilangkan gugus fosfat dari ujung 5’ pada molekul DNA yang telah terpotong, serta pemberian molekul linker, molekul adaptor, atau penambahan enzim deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai tunggal homopolimerik 3’ seperti telah disebutkan di atas.
Transformasi Sel Inang
Tahap berikutnya setelah ligasi adalah analisis terhadap hasil pemotongan DNA genomik dan DNA vektor serta analisis hasil ligasi molekul-molekul DNA tersebut. menggunakan teknik elektroforesis (lihat Bab X). Jika hasil elektroforesis menunjukkan bahwa fragmen-fragmen DNA genomik telah terligasi dengan baik pada DNA vektor sehingga terbentuk molekul DNA rekombinan, campuran reaksi ligasi dimasukkan ke dalam sel inang agar dapat diperbanyak dengan cepat. Dengan sendirinya, di dalam campuran reaksi tersebut selain terdapat molekul DNA rekombinan, juga ada sejumlah fragmen DNA genomik dan DNA plasmid yang tidak terligasi satu sama lain. Tahap memasukkan campuran reaksi ligasi ke dalam sel inang ini dinamakan transformasi karena sel inang diharapkan akan mengalami perubahan sifat tertentu setelah dimasuki molekul DNA rekombinan.
Teknik transformasi pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 oleh M. Mandel dan A. Higa, yang melakukan transformasi bakteri E. coli. Sebelumnya, transformasi pada beberapa spesies bakteri lainnya yang mempunyai sistem transformasi alami seperti Bacillus subtilis telah dapat dilakukan. Kemampuan transformasi B. subtilis pada waktu itu telah dimanfaatkan untuk mengubah strain-strain auksotrof (tidak dapat tumbuh pada medium minimal) menjadi prototrof (dapat tumbuh pada medium minimal) dengan menggunakan preparasi DNA genomik utuh. Baru beberapa waktu kemudian transformasi dilakukan menggunakan perantara vektor, yang selanjutnya juga dikembangkan pada transformasi E.coli.
Hal terpenting yang ditemukan oleh Mandel dan Higa adalah perlakuan kalsium klorid (CaCl2) yang memungkinkan sel-sel E. coli untuk mengambil DNA dari bakteriofag l. Pada tahun 1972 S.N. Cohen dan kawan-kawannya menemukan bahwa sel-sel yang diperlakukan dengan CaCl2 dapat juga mengambil DNA plasmid. Frekuensi transformasi tertinggi akan diperoleh jika sel bakteri dan DNA dicampur di dalam larutan CaCl2 pada suhu 0 hingga 5ºC. Perlakuan kejut panas antara 37 dan 45ºC selama lebih kurang satu menit yang diberikan setelah pencampuran DNA dengan larutan CaCl2 tersebut dapat meningkatkan frekuensi transformasi tetapi tidak terlalu esensial. Molekul DNA berukuran besar lebih rendah efisiensi transformasinya daripada molekul DNA kecil.
Mekanisme transformasi belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Namun, setidak-tidaknya transformasi melibatkan tahap-tahap berikut ini. Molekul CaCl2 akan menyebabkan sel-sel bakteri membengkak dan membentuk sferoplas yang kehilangan protein periplasmiknya sehingga dinding sel menjadi bocor. DNA yang ditambahkan ke dalam campuran ini akan membentuk kompleks resisten DNase dengan ion-ion Ca2+ yang terikat pada permukaan sel. Kompleks ini kemudian diambil oleh sel selama perlakuan kejut panas diberikan.
Seleksi Transforman dan Seleksi Rekombinan
Oleh karena DNA yang dimasukkan ke dalam sel inang bukan hanya DNA rekombinan, maka kita harus melakukan seleksi untuk memilih sel inang transforman yang membawa DNA rekombinan. Selanjutnya, di antara sel-sel transforman yang membawa DNA rekombinan masih harus dilakukan seleksi untuk mendapatkan sel yang DNA rekombinannya membawa fragmen sisipan atau gen yang diinginkan.
Cara seleksi sel transforman akan diuraikan lebih rinci pada penjelasan tentang plasmid. Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi setelah transformasi dilakukan, yaitu (1) sel inang tidak dimasuki DNA apa pun atau berarti transformasi gagal, (2) sel inang dimasuki vektor religasi atau berarti ligasi gagal, dan (3) sel inang dimasuki vektor rekombinan dengan/tanpa fragmen sisipan atau gen yang diinginkan. Untuk membedakan antara kemungkinan pertama dan kedua dilihat perubahan sifat yang terjadi pada sel inang. Jika sel inang memperlihatkan dua sifat marker vektor, maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan kedualah yang terjadi. Selanjutnya, untuk membedakan antara kemungkinan kedua dan ketiga dilihat pula perubahan sifat yang terjadi pada sel inang. Jika sel inang hanya memperlihatkan salah satu sifat di antara kedua marker vektor, maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan ketigalah yang terjadi.
Seleksi sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan dilakukan dengan mencari fragmen tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe), yang pembuatannya dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi polimerisasi berantai atau polymerase chain reaction (PCR). Penjelasan lebih rinci tentang teknik PCR dapat dilihat pada Bab XII. Pelacakan fragmen yang diinginkan antara lain dapat dilakukan melalui cara yang dinamakan hibridisasi koloni (lihat Bab X). Koloni-koloni sel rekombinan ditransfer ke membran nilon, dilisis agar isi selnya keluar, dibersihkan protein dan remukan sel lainnya hingga tinggal tersisa DNAnya saja. Selanjutnya, dilakukan fiksasi DNA dan perendaman di dalam larutan pelacak. Posisi-posisi DNA yang terhibridisasi oleh fragmen pelacak dicocokkan dengan posisi koloni pada kultur awal (master plate). Dengan demikian, kita bisa menentukan koloni-koloni sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan.

Kultur Jaringan

      Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.[1] Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.[1] Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
      Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan.[2] Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur.[1] Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
       Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain.[3]
        Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
          Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
         Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
       Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
      Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
      Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
     Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
      Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
        Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.
        Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih cepat
       KULTUR jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas). Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.

Jumat, April 11

Kode Warna HTML 2


CODE COLOUR
000000 000033 000066 000099 0000CC 0000FF
003300 003333 003366 003399 0033CC 0033FF
006600 006633 006666 006699 0066CC 0066FF
009900 009933 009966 009999 0099CC 0099FF
00CC00 00CC33 00CC66 00CC99 00CCCC 00CCFF
00FF00 00FF33 00FF66 00FF99 00FFCC 00FFFF
330000 330033 330066 330099 3300CC 3300FF
333300 333333 333366 333399 3333CC 3333FF
336600 336633 336666 336699 3366CC 3366FF
339900 339933 339966 339999 3399CC 3399FF
33CC00 33CC33 33CC66 33CC99 33CCCC 33CCFF
33FF00 33FF33 33FF66 33FF99 33FFCC 33FFFF
660000 660033 660066 660099 6600CC 6600FF
663300 663333 663366 663399 6633CC 6633FF
666600 666633 666666 666699 6666CC 6666FF
669900 669933 669966 669999 6699CC 6699FF
66CC00 66CC33 66CC66 66CC99 66CCCC 66CCFF
66FF00 66FF33 66FF66 66FF99 66FFCC 66FFFF
990000 990033 990066 990099 9900CC 9900FF
993300 993333 993366 993399 9933CC 9933FF
996600 996633 996666 996699 9966CC 9966FF
999900 999933 999966 999999 9999CC 9999FF
99CC00 99CC33 99CC66 99CC99 99CCCC 99CCFF
99FF00 99FF33 99FF66 99FF99 99FFCC 99FFFF
CC0000 CC0033 CC0066 CC0099 CC00CC CC00FF
CC3300 CC3333 CC3366 CC3399 CC33CC CC33FF
CC6600 CC6633 CC6666 CC6699 CC66CC CC66FF
CC9900 CC9933 CC9966 CC9999 CC99CC CC99FF
CCCC00 CCCC33 CCCC66 CCCC99 CCCCCC CCCCFF
CCFF00 CCFF33 CCFF66 CCFF99 CCFFCC CCFFFF
FF0000 FF0033 FF0066 FF0099 FF00CC FF00FF
FF3300 FF3333 FF3366 FF3399 FF33CC FF33FF
FF6600 FF6633 FF6666 FF6699 FF66CC FF66FF
FF9900 FF9933 FF9966 FF9999 FF99CC FF99FF
FFCC00 FFCC33 FFCC66 FFCC99 FFCCCC FFCCFF
FFFF00 FFFF33 FFFF66 FFFF99 FFFFCC FFFFFF

BY : MOMORU
FF4848 FF68DD FF62B0 FE67EB E469FE
D568FD
9669FE
FF7575 FF79E1 FF73B9 FE67EB E77AFE
D97BFD
A27AFE
FF8A8A FF86E3 FF86C2 FE8BF0 EA8DFE DD88FD AD8BFE
FF9797 FF97E8 FF97CB FE98F1 ED9EFE E29BFD B89AFE
FFA8A8 FFACEC FFA8D3 FEA9F3 EFA9FE E7A9FE C4ABFE
FFBBBB FFACEC FFBBDD FFBBF7 F2BCFE EDBEFE D0BCFE
FFCECE FFC8F2 FFC8E3 FFCAF9 F5CAFF F0CBFE DDCEFF
FFDFDF FFDFF8 FFDFEF FFDBFB F9D9FF F4DCFE E6DBFF
FFECEC FFEEFB FFECF5 FFEEFD FDF2FF FAECFF F1ECFF
FFF2F2 FFFEFB FFF9FC FFF9FE FFFDFF FDF9FF FBF9FF
800080
872187
9A03FE
892EE4
3923D6
2966B8
23819C
BF00BF
BC2EBC
A827FE
9B4EE9
6755E3
2F74D0
2897B7
DB00DB
D54FD5
B445FE
A55FEB
8678E9
4985D6
2FAACE
F900F9
DD75DD
BD5CFE
AE70ED
9588EC
6094DB
44B4D5
FF4AFF DD75DD C269FE
AE70ED
A095EE 7BA7E1 57BCD9
FF86FF E697E6 CD85FE C79BF2 B0A7F1 8EB4E6 7BCAE1
FFA4FF EAA6EA D698FE CEA8F4 BCB4F3 A9C5EB 8CD1E6
FFBBFF EEBBEE DFB0FF DBBFF7 CBC5F5 BAD0EF A5DBEB
FFCEFF F0C4F0 E8C6FF E1CAF9 D7D1F8 CEDEF4 B8E2EF
FFDFFF F4D2F4 EFD7FF EDDFFB E3E0FA E0EAF8 C9EAF3
FFECFF F4D2F4 F9EEFF F5EEFD EFEDFC EAF1FB DBF0F7
FFF9FF FDF9FD FEFDFF FEFDFF F7F5FE F8FBFE EAF7FB
5757FF
62A9FF
62D0FF 06DCFB 01FCEF 03EBA6 01F33E
6A6AFF
75B4FF
75D6FF 24E0FB 1FFEF3 03F3AB 0AFE47
7979FF
86BCFF 8ADCFF 3DE4FC 5FFEF7 33FDC0 4BFE78
8C8CFF 99C7FF 99E0FF 63E9FC 74FEF8 62FDCE 72FE95
9999FF 99C7FF A8E4FF 75ECFD 92FEF9 7DFDD7 8BFEA8
AAAAFF A8CFFF BBEBFF 8CEFFD A5FEFA 8FFEDD A3FEBA
BBBBFF BBDAFF CEF0FF ACF3FD B5FFFC A5FEE3 B5FFC8
CACAFF D0E6FF D9F3FF C0F7FE CEFFFD BEFEEB CAFFD8
E1E1FF DBEBFF ECFAFF C0F7FE E1FFFE BDFFEA EAFFEF
EEEEFF ECF4FF F9FDFF E6FCFF F2FFFE CFFEF0 EAFFEF
F9F9FF F9FCFF FDFEFF F9FEFF FDFFFF F7FFFD F9FFFB
1FCB4A 59955C 48FB0D 2DC800 59DF00 9D9D00 B6BA18
27DE55 6CA870 79FC4E 32DF00 61F200 C8C800 CDD11B
4AE371 80B584 89FC63 36F200 66FF00 DFDF00 DFE32D
7CEB98 93BF96 99FD77 52FF20 95FF4F FFFFAA EDEF85
93EEAA A6CAA9 AAFD8E 6FFF44 ABFF73 FFFF84 EEF093
A4F0B7 B4D1B6 BAFEA3 8FFF6F C0FF97 FFFF99 F2F4B3
BDF4CB C9DECB CAFEB8 A5FF8A D1FFB3 FFFFB5 F5F7C4
D6F8DE DBEADC DDFED1 B3FF99 DFFFCA FFFFC8 F7F9D0
E3FBE9 E9F1EA EAFEE2 D2FFC4 E8FFD9 FFFFD7 FAFBDF
E3FBE9 F3F8F4 F1FEED E7FFDF F2FFEA FFFFE3 FCFCE9
FAFEFB FBFDFB FDFFFD F5FFF2 FAFFF7 FFFFFD FDFDF0
BABA21 C8B400 DFA800 DB9900 FFB428 FF9331 FF800D
E0E04E D9C400 F9BB00 EAA400 FFBF48 FFA04A FF9C42
E6E671 E6CE00 FFCB2F FFB60B FFC65B FFAB60 FFAC62
EAEA8A F7DE00 FFD34F FFBE28 FFCE73 FFBB7D FFBD82
EEEEA2 FFE920 FFDD75 FFC848 FFD586 FFC48E FFC895
F1F1B1 FFF06A FFE699 FFD062 FFDEA2 FFCFA4 FFCEA2
F4F4BF FFF284 FFECB0 FFE099 FFE6B5 FFD9B7 FFD7B3
F7F7CE FFF7B7 FFF1C6 FFEAB7 FFEAC4 FFE1C6 FFE2C8
F9F9DD FFF9CE FFF5D7 FFF2D2 FFF2D9 FFEBD9 FFE6D0
FBFBE8 FFFBDF FFFAEA FFF9EA FFF7E6 FFF4EA FFF1E6
FEFEFA FFFEF7 FFFDF7 FFFDF9 FFFDF9 FFFEFD FFF9F4
D1D17A C0A545
C27E3A
C47557
B05F3C
C17753
B96F6F
D7D78A CEB86C C98A4B
CB876D
C06A45
C98767
C48484
DBDB97 D6C485 D19C67 D29680
C87C5B
D0977B
C88E8E
E1E1A8 DECF9C DAAF85 DAA794 CF8D72 DAAC96 D1A0A0
E9E9BE E3D6AA DDB791 DFB4A4 D69E87 E0BBA9 D7ACAC
EEEECE EADFBF E4C6A7 E6C5B9 DEB19E E8CCBF DDB9B9
E9E9C0 EDE4C9 E9D0B6 EBD0C7 E4C0B1 ECD5CA E6CCCC
EEEECE EFE7CF EEDCC8 F0DCD5 EACDC1 F0DDD5 ECD9D9
F1F1D6 F5EFE0 F2E4D5 F5E7E2 F0DDD5 F5E8E2 F3E7E7
F5F5E2 F9F5EC F9F3EC F9EFEC F5E8E2 FAF2EF F8F1F1
FDFDF9 FDFCF9 FCF9F5 FDFAF9 FDFAF9 FCF7F5 FDFBFB
F70000
B9264F
990099
74138C
0000CE
1F88A7
4A9586
FF2626
D73E68
B300B3
8D18AB
5B5BFF"
25A0C5
5EAE9E
FF5353 DD597D CA00CA
A41CC6
7373FF
29AFD6 74BAAC
FF7373 E37795 D900D9 BA21E0 8282FF 4FBDDD 8DC7BB
FF8E8E E994AB FF2DFF CB59E8 9191FF 67C7E2 A5D3CA
FFA4A4 EDA9BC F206FF CB59E8 A8A8FF 8ED6EA C0E0DA
FFB5B5 F0B9C8 FF7DFF D881ED B7B7FF A6DEEE CFE7E2
FFC8C8 F4CAD6 FFA8FF EFCDF8 C6C6FF C0E7F3 DCEDEA
FFEAEA F8DAE2 FFC4FF EFCDF8 DBDBFF D8F0F8 E7F3F1
FFEAEA FAE7EC FFE3FF F8E9FC EEEEFF EFF9FC F2F9F8
FFFDFD FEFAFB FFFDFF FFFFFF FDFDFF FAFDFE F7FBFA