Senin, Agustus 29

Vitamin dan Nama Kimianya

Tahun penemuan vitamin alami dan sumbernya
Tahun penemuanVitaminNama biokimiaDitemukan di
1909Vitamin ARetinolWortel
1912Vitamin B1TiaminSusu
1912Vitamin CAsam askorbatJeruk sitrun
1918Vitamin DKalsiferolKeju
1920Vitamin B2RiboflavinTelur
1922Vitamin ETokoferolMinyak mata bulir gandum,
1926Vitamin B12SianokobalaminTelur
1929Vitamin KFilokuinonaKuning telur
1931Vitamin B5Asam pantotenatSusu
1931Vitamin B7BiotinHati
1934Vitamin B6PiridoksinKacang
1936Vitamin B3NiasinRagi
1941Vitamin B9Asam folatHati

Vitamin

Nama Vitamin                  : B1 (Aneurin/ tiamine)
Rumus Kimia                   : C12H17ON4S
Sumber                            : Ragi, kulit ari beras, hati, jantung, wortel dan gandum
Fungsi                              : Metabolisme karbohidrat, penyerapan air dan lemak
Akibat Kekurangan          : beri-beri, selera makan berkuran dan terhentinya pertumbuhan

Nama Vitamin                  : B2 (Riboflavin/Laktoflavin)
Rumus Kimia                   : C12H19O6N4
Sumber                            : Ragi, telur, hati, ginjal, jnatung dan otak
Fungsi                              : Metabolisme makanan, pertumbuhan rangsang saraf mata
Akibat Kekurangan          : Keilosis, katarak, terganggunya pertumbuhan

Nama Vitamin                  : Niasin (Asam Nikotinat)
Rumus Kimia                   : C8H6NO2N
Sumber                            : Kentang, tomat, bayam, hati, ragi
Fungsi                              : Pertumbuhan dan perbanyakan sel, perombakan karbohidrat
Akibat Kekurangan          : Pelagra, dermatitis, diare, dimensia

Nama Vitamin                  : B6 (Piridoksin)
Rumus Kimia                   : C8H12O2N
Sumber                            : Sayuran, ragi, hati, ginjal, daging, susu, kuning telur, ikan
Fungsi                              : pembuatan darah, koenzim dalam proses metabolisme
Akibat Kekurangan          : anemia, peka terhadap rangsangan

Nama Vitamin                  : Asam Pantotenat
Rumus Kimia                   : C9H17O3N
Sumber                            : Sayuran hijau, daging, telur, hati, ikan dan serealia
Fungsi                              : membentuk koenzim A
Akibat Kekurangan          : dermatitis

Nama Vitamin                  : Para amino asam benzoat
Rumus Kimia                   : -
Sumber                            : ragi, hati
Fungsi                              : pertumbuhan rambut
Akibat Kekurangan          : rambut rontok dan beruban

Nama Vitamin                  : Biotin
Rumus Kimia                   : C10H16O3N2S
Sumber                            : ragi, hati, ginjal, kuning telur, susu, sayuran
Fungsi                              : koenzim untuk metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
Akibat Kekurangan          : dermatitis, kurang nafsu makan

Nama Vitamin                  : B11 (asam folat)
Rumus Kimia                   : C19H19O6N7 A.P.F
Sumber                            : hati, sayurabm ragi, ginjal, biji gandum, lemon, pisang
Fungsi                              : pembentukan sel darah merah, antianemia pernisiosa
Akibat Kekurangan          : anemia pernisiosa

Nama Vitamin                  : B12 (Sianokobalamin)
Rumus Kimia                   : C63H90N14O14PCo
Sumber                            : Daging, unggas, telur, ikan, susu, keju, hati, udang, kerang
Fungsi                              : pertumbuhan dan oembentukan sel darah 
Akibat Kekurangan          : anemia pernisiosa

Nama Vitamin                  : C (Asam karbonat)
Rumus Kimia                   : CH8O6
Sumber                            : Sayuran, buah-buahan, hati, ginjal
Fungsi                              : pertumbuhan dinding kapiler, pembentukan serat kolagen
Akibat Kekurangan          : skorbut perdarahan di bawah kulit

Nama Vitamin                  : A
Rumus Kimia                   : C20H30O
Sumber                            : minyak ikan, mentega, hati, sayuran hijau atau kuning
Fungsi                              : pertumbuhan sel epitel, regenerasi rodopsin
Akibat Kekurangan          : hemorolpia, frinoderma keratonalasi, seraftalmia

Nama Vitamin                  : D (Ergosterol)
Rumus Kimia                   : C28H44O
Sumber                            : minyak ikan, kuning telur, susu, mentega, ragi
Fungsi                              : mengatur kadar kapur dan fosfor, mengatur oksifikasi
Akibat Kekurangan          : rakitis, gangguan penulangan

Nama Vitamin                  : E (tokoferol)
Rumus Kimia                   : C29H50O2
Sumber                            : taoge, susu, daging, kuning telur, hati, ginjal
Fungsi                              : mencegah pendarahan membantu proses pembelahan sel
Akibat Kekurangan          : kemandulan, keguguran, kematian embrio

Nama Vitamin                  : K (Filokinon)
Rumus Kimia                   : C21H46O21
Sumber                            : Bayam, kangkung, kubis, daging, hati, kacang kedelai, taoge, bakteri usus
Fungsi                              : pembentukan protombin
Akibat Kekurangan          :darah sukar membeku

Bahan Pewarna Makanan yang Diizinkan dan yang Tidak Diizinkan/Berbahaya

Makanan dengan warna-warna cerah memang menarik penglihatan mata dan menggugah selera. Tapi pernahkah Anda bertanya-tanya mengenai apakah pewarna yang digunakan aman atau tidak? Lalu apa bahayanya?
Pewarna makanan adalah zat aditif yang ditambahkan untuk meningkatkan warna makanan atau minuman. Pewarna makanan dicampurkan untuk memberi warna pada makanan, meningkatkan daya tarik visual pangan, merangsang indera penglihatan, menyeragamkan dan menstabilkan warna, dan menutupi atau mengatasi perubahan warna. Zat ini tersedia dalam berbagai bentuk, seperti cairan, bubuk, gel, atau pasta.

Pewarna Makanan yang Diizinkan

Pewarna makanan terbagi menjadi dua, yaitu alami dan sintesis (kimia). Pewarna alami terbuat dari tumbuhan, hewan, mineral, atau sumber alami lain. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, daftar pewarna alami yang diperbolehkan adalah kurkumin, riboflavin, karmin dan ekstrak cochineal, klorofil, karamel, karbon tanaman, beta-karoten, ekstrak anato, karotenoid, merah bit, antosianin, dan titanium dioksida.
Sedangkan pewarna sintesis yang diperbolehkan, namun dibatasi penggunaannya, antara lain tartrazin, kuning kuinolin, kuning FCF, karmoisin, ponceau, eritrosin, merah allura, indigotin, biru berlian FCF, hijau FCF, dan cokelat HT. Pewarna makanan sintesis tersebut diperoleh secara kimia dengan mencampur dua atau lebih zat menjadi satu zat baru.

Pewarna Makanan yang Berbahaya

Pemerintah sudah memberikan daftar pewarna yang boleh digunakan dalam makanan. Tetapi kenyataannya masih ada saja pewarna bukan untuk makanan yang dicampur dalam penganan, dua di antaranya yang sering ditemukan di Indonesia adalah rhodamin B dan metanil yellow.
Rhodamin B
Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, dan tidak berbau. Jika dicampur dalam penganan, rhodamin B akan berubah warna menjadi merah terang. Rhodamin B biasanya digunakan untuk mewarnai tekstil, kertas, kain, kosmetik, produk pembersih mulut, dan sabun.
Makanan atau minuman yang mengandung rhodamin B biasanya berwarna merah cerah mengilap dan lebih mencolok, warna terkadang tidak rata, ada gumpalan warna, dan terasa lebih pahit bila dikonsumsi. Rhodamin B sering dicampur dalam kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar, kembang gula, sosis, sirop, dan lain-lain.
Pewarna dengan nama lain D and C Red no 19. Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink ini termasuk bahan karsinogen (penyebab kanker) yang kuat. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, rhodamin B dapat terakumulasi di dalam tubuh, menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, atau bahkan kanker hati.
Metanil Yellow
Metanil yellow adalah pewarna sintetik berbentuk serbuk, berwarna kuning kecokelatan, larut dalam air dan alkohol. Umumnya digunakan untuk pewarna tekstil, kertas, tinta, plastik, kulit, cat, dan sebagainya.
Penganan yang menggunakan metanil yellow biasanya berwarna kuning mencolok dan berpendar serta terdapat titik warna (warna tidak rata). Pewarna ini bisa dijumpai pada kerupuk, mie, tahu, gorengan, dan penganan berwarna kuning lainnya.
Bila dikonsumsi, metanil yellow dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan hipotensi (tekanan darah rendah). Pada penelitian terhadap tikus disimpulkan jika mengonsumsi metanil yellow dalam jangka panjang dapat memengaruhi sistem saraf pusat. Selain itu, metanil yellow juga dapat menyebabkan kanker kandung kemih jika dikonsumsi secara terus-menerus.
Berhati-hatilah ketika membeli makanan atau minuman berwarna. Bisa-bisa bukan nutrisi yang Anda dapatkan dari penganan tersebut, melainkan penyakit yang dapat mengancam kesehatan tubuh. Pastikan produk-produk yang Anda konsumsi terdaftar di BPOM.

Bahan Pengawet Makanan Alami, Sintetis dan Berbahaya

Bahan pengawet menurut asalnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahan pengawet alami dan pengawet buatan.

1. Bahan Pengawet Makanan Alami

Bagaimana cara nelayan menjaga agar sisa ikan yang tidak terjual dalam keadaan segar tidak cepat membusuk dan tetap laku di pasaran?

Yah, mereka menggunakan garam sebagai bahan pengawet untuk membuat ikan asin. Meskipun rasanya sudah berbeda dengan ikan segar, ikan asin masih tetap berprotein tinggi.

Berikut ini adalah contoh-contoh pengawet alami.

a. Gula tebu

Gula tebu memberi rasa manis dan bersifat mengawetkan. Buah-buahan yang disimpan dalam larutan gula pekat akan menjadi awet karena mikroorganisme sukar hidup di dalamnya.

b. Gula merah

Selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan seperti halnya gula tebu.

c. Garam

Garam merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapan air laut. Ikan asin dapat bertahan hingga berbulanbulan karena pengaruh garam.

d. Kunyit

Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. Dengan penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.

e. Kulit kayu manis

Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung asam benzoat. Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.

f. Cengkih

Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma.

2. Bahan Pengawet Makanan Buatan (Sintetis)

Pengawet buatan ini ada berbagai macam, antara lain:

a. Asam asetat

Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan ini menghasilkan rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu selera karena bahan ini sama dengan sebagian isi dari air keringat kita.

Asam asetat sering dipakai sebagai pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso, atau soto. Asam asetat mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara lain acar, saos tomat, dan saus cabai.

b. Benzoat

Benzoat banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat (garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.

c. Sulfit

Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan ini.

d. Propil galat

Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga dapat digunakan sebagai antioksidan.

e. Propianat

Jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan garam kalium atau natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang menyebabkan kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya menggunakan bahan ini.

f. Garam nitrit

Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan ini terutama sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering.

Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya, pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkan daging.

g. Sorbat

Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat. Sorbat sering digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar. Asam sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi cita rasa makanan pada tingkat yang diperbolehkan.

Bahan Pengawet Makanan yang Dilarang

Semua pengawet yang telah diuraikan di atas merupakan pengawet yang diijinkan untuk dipakai dan mendapatkan lisensi secara internasional oleh badan kesehatan dunia (WHO) dengan kadar yang diijinkan.

Meskipun demikian, entah karena tidak mengerti atau sengaja, pada saat ini masih sering ditemukan produsen yang menggunakan pengawet makanan yang telah dilarang oleh pemerintah.

Pengawet yang telah dilarang tetapi masih sering digunakan di antaranya adalah:

1) Boraks atau natrium tetraborat, dengan rumus kimia Na2B4O7.10 H2O adalah senyawa yang biasa digunakan sebagai bahan baku disinfektan, detergen, cat, plastik, ataupun pembersih permukaan logam sehingga mudah disolder.

Karena boraks bersifat antiseptik dan pembunuh kuman, bahan ini sering digunakan untuk pengawet kosmetik dan kayu.

Banyak ditemukan kasus boraks yang disalahgunakan untuk pengawetan bakso, sosis, krupuk gendar, mi basah, pisang molen, lemper, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit. Bagaimana sikapmu terhadap fenomena semacam ini?

2) 
Formalin adalah nama dagang untuk larutan yang mengandung 40 persen formaldehid (HCOH) dalam 60 persen air atau campuran air dan metanol (jenis alkohol bahan baku spiritus) sebagai pelarutnya.

Formalin sering disalahgunakan untuk mengawetkan mi, tahu basah, bakso, dan ikan asin. Penggunaan formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan.

Gejalanya antara lain pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan, rasa gatal di dada, sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah-muntah, dan mencret berdarah. Formalin juga menyebabkan kerusakan sistem susunan saraf pusat serta gangguan peredaran darah.

Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan kejang-kejang, kencing darah, dan muntah darah yang berakhir dengan kematian. Formalin juga bersifat karsinogenik(dapat memicu kanker).

Senin, Agustus 15

Buku Wajib KEdokteran Semester Pertama

1. Biokimia


2. Biologi
 

3. Embriologi


4. Anatomi
      

5. Histologi
  

6. Fisiologi
   

7. Mikrobiologi dan Parasitologi
 

8.  Patologi


9, Farmakologi


10. Kamus Kedokteran